Para wisatawan bisa menikmati beragam kegiatan seni dan kerajinan membuat sarung khas Lampung bernama kain tapis.
"Disamping kekayaan pantai dan ombak, Krui juga punya pola budidaya masyarakat lokal yang suka repong damar. Itu salah satu keindahan biologis, biodiversity dari Krui," kata Edarwan.
"Dari dulu Krui memang sudah jadi tempat penelitian para peneliti," lanjutnya.
Akomodasi dan transportasi di Krui
Perihal akomodasi, Krui juga sudah diklaim mumpuni.
Menurut Edarwan, Krui sudah memiliki penginapan layak berbentuk homestay dan vila yang menghadap langsung ke pantai.
Menurut Edarwan, hampir tidak ada hotel berbintang di Krui.
Pasalnya, tipikal wisatawan yang berkunjung ke Krui adalah para petualang yang tidak membutuhkan hotel berbintang.
Baca juga: Sejak 1960, Ini Kedai Mie Paling Legendaris di Lampung
Edarwan menyebut, kebanyakan wisatawan adalah para peselancar yang lebih menyukai menginap di penginapan berbentuk homestay.
Sementara untuk aksesibilitas, Krui pun kini sudah cukup mudah dicapai. Pembangunan jalan tol Trans Sumatera yang sudah rampung memberikan kemudahan akses bagi para wisatawan.
"Mau naik pesawat juga hanya 30 menit sekarang bisa langsung dari Bandar Lampung. Kalau dari Jakarta ya sekitar satu jam dulu ya transit. Lalu transportasi darat ada lintas Sumatera, jalan sudah beraspal bagus," tutur Edarwan.
Penerbangan menuju Bandara Taufik Kiemas di Pesisir Barat kini tersedia langsung dari Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung.
Keindahan Krui ini yang kemudian ingin dimajukan dan diperkenalkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung pada wisatawan.
Salah satu cara mendongkrak pariwisata Krui adalah melalui ajang Krakatau Geopark Run 2020 yang akan digelar pada 29-30 Agustus.