“Kita harus melakukan mix market agar tidak dominan satu wisman saja, bahaya kalau terjadi chaos seperti sekarang,” katanya.
Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Agung Partha, memprediksikan penurunan okupasi bisa mencapai 30-40 persen dengan kondisi ini.
Meski begitu, ia berpesan agar pelaku pariwisata tidak panik.
Untuk itu, pihaknya telah memetakan negara yang potensial menggantikan kunjungan Tiongkok, selama tak berkunjung ke Bali.
"Eropa, Eropa Utara dan India masih bagus, Amerika juga potensial. Kami sudah petakan," imbuhnya.
Daerah-daerah tersebut mampu terbang langsung ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sehingga dapat menggantikan kontribusi kunjungan wisatawan Tiongkok yang melemah.
Pihaknya juga sedang merancang dan menggenjot promosi ke daerah potensial tersebut.
Ketua PHRI Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, mengamini hal ini.
Ia memprediksikan potential loss bisa sampai 30 persen, khusus untuk kunjungan wisman China ke Bali.
Apalagi selama ini, 15-20 kota besar di China berkontribusi besar menyumbang banyak turis ke Bali.
Seperti kota Beijing, Shanghai, Shenzen, Taiwan, Kunming, dan lain sebagainya.
Ia mengatakan, target kedatangan turis China pada 2020 diharapkan sampai 2 juta.
Naik dibanding 2019 yang hanya 1,2 juta.
“Tapi kalau kondisinya seperti ini, mungkin bisa koreksi antara 300 ribu-400 ribu turis China selama 2020. Kalau selesai dalam sebulan saya yakin aman, tapi kalau lebih dari dua bulan tentu koreksi,” jelasnya.
Ia pun mengapresiasi Pemerintah Tiongkok yang mengambil sikap tegas, agar virus ini tak meluas ke negara lain.