Hal tersebut juga terjadi pada pesawat charter.
Sejauh ini, menurut Pauline, sudah ada pembatalan pesawat charter dari Jakarta menuju beberapa kota di China seperti Hainan, Nanning dan Guilin.
Pembatalan dilakukan karena tempat wisata di seluruh China ditutup mulai 24 Januari 2020.
Selain tempat wisata, pusat keramaian seperti tempat perbelanjaan juga ditutup.
Tempat yang masih bisa diakses sejauh ini hanya restoran dan hotel, namun dianggap tetap berisiko jika tetap memaksakan terbang ke China.
"Jadi kalau terbang pun akan jadi masalah. Kalau mendadak virusnya menular dengan luar biasa, bisa jadi semua pesawat keluar dan masuk China ditutup. Ini bahaya, bisa nggak pulang,” jelas Pauline.
Dampak dari wabah virus corona ini memang mulai terlihat.
Namun menurut Budijanto, kondisi ini masih berada di tahap awal.
Pengamatan khusus soal kondisi selanjutnya dari virus corona ini tetap harus dilakukan.
Pemerintah Indonesia diharapkan mengambil langkah pencegahan, khususnya yang akan berdampak pada pariwisata Indonesia.
Sementara untuk pelaku usaha perjalanan, sebaiknya mulai melakukan pergantian dan perluasan pasar, sehingga tidak terlalu mengandalkan pasar China.
Perlu perluasan pasar dengan menyasar beberapa pasar sekaligus.
Saat ini India, Australia, Eropa, dan ASEAN dianggap memiliki pasar cukup signifikan.
“India booming terutama jika mengharapkan kuantitas. Masih ada market lain, Australia, Eropa. Perjalanan intra ASEAN juga cukup besar dan bisa diharapkan," tutup Pauline.
Sebelumnya, Pemerintah China melarang biro perjalanan wisata setempat untuk menyelenggarakan perjalanan kelompok (group tour) ke luar negeri.
Baca tanpa iklan