Untuk sekali lagi, Jiriyanto menolaknya.
Kali ini karena unsur estetika.
Dasar kolam berupa lumpur jika diinjak menjadikan air menjadi mudah keruh.
Walhasil, semburat biru kolam menjadi tak terlihat jika air keruh.
Kental Cerita Sejarah
Jiriyanto meyakini, Sendang Ngembel tak hanya sekedar tempat rekreasi.
Lebih dari itu, menjadi saksi sejarah Kerajaan Mataram.
Seperti pulau di tengah kolam, yang dipercaya sebagai pendanda batas Mangir dan Kerajaan Mataram Islam yang diletakkan oleh Ki Ageng Mangir Wonobudoyo.
Masyarakat sekitar percaya, Sendang Ngembel diketemukan tanggal 15 Besar bulan Jawa tahun 1915 oleh Kiai Jalu Mampang.
Saat itu, wilayah sendang hanya ditinggali seorang janda yang bernama Nyai Sariti.
Hingga saat ini ada tanggal 15 bulan Besar selalu diadakan syukuran di Sendang Ngembel.
Syukuran berwujud kenduri dan sajian makanan utama berupa tumpeng sega megana ini dilakukan setahun sekali.
Tujuannya, sebagai ungkapan rasa syukur warga atas berkah air dari Sendang Ngembel mengairi sawah warga.
Sampai kini, banyak orang datang berziarah dengan tujuan masing-masing.
"Masih ada yang sengaja datang mengalap berkah, ingin mendapat ketentraman atau mensucikan diri, tergantung tujuan masing-masing,” katanya.