Benteng ini dibangun dari khesht (batu bata yang terbuat dari lumpur yang dikeringkan di bawah sinar matahari).
Landmark ini direkonstruksi setelah gempa bumi yang terjadi pada 2003.
2. Pasargadae
Penyair Brazil, Manuel Bandeira menulis puisi berjudul Vou-me embora pra Pasargada (Saya Berangkat ke Pasargadae).
Puisi ini menggambarkan seorang pria yang, tidak puas dengan hidupnya, membahas keinginannya melarikan diri ke kota utopis ini.
Terletak di lokasi terpencil, sekitar 50 kilometer dari Shiraz, mungkin saat ini Pasargadae tidak tampak seperti utopia yang mungkin ada pada masa kejayaannya.
Pasargadae adalah ibu kota pertama Kekaisaran Achaemenid pada abad ke-6 SM, yang didirikan oleh Cyrus Agung.
Situs ini ditambahkan ke UNESCO pada 2004 dan dikenal sebagai kekaisaran multikultural pertama yang menghormati keragaman budaya.
Reruntuhan istana dan benteng terlihat di situs ini, tetapi fitur utamanya adalah mausoleum atau makam Cyrus Agung.
3. Soltaniyeh
Kubah Soltaniyeh dibangun pada abad ke-14 di bawah perintah Uljayto yang juga dikenal sebagai Mohammad Khodabandeh, penguasa Ilkhanid di Tabriz.
Dibaptis sebagai seorang Kristen, Uljayto pernah memeluk agama Buddha di masa mudanya dan kemudian berpindah ke Islam.
Kubah bata berlapis ganda Soltaniyeh, yang masuk daftar situs UNESCO pada 2005, sekarang juga berfungsi sebagai makam Uljayto.
Kubah pirus keramik ini terlihat berkilauan di bawah sinar matahari dari jauh, dan ketika mendekatinya traveler dapat melihat delapan menara ramping menghiasi situs bersegi delapan ini.
Interiornya dipenuhi dengan karya yang rumit, merepresentasikan arsitektur Islam yang luar biasa.