"Untuk melestarikan tubuh, itu (mayat) diminyaki setiap hari dengan balsem yang dibuat dengan lemak babi dan api menyala yang membakar hingga enam jam. Semua ini telah terjadi setiap hari selama 250 tahun."
Chiodini menambahkan, "Mumi itu dilindungi di sebuah gubuk di mana akses (masuk) dilarang keras dan hanya sedikit yang diizinkan menyentuh orang mati.
"Mumi yang saya lihat adalah kepala desa, namanya Wimontok Mabel dan dia adalah pejuang yang mulia. Dia hidup lebih dari 250 tahun yang lalu dan memiliki 25 istri. (Semoga) damai sejahtera bagi jiwanya."
Menurut Chiodini, tampaknya telah terjadi perubahan besar pada suku Dani dalam 80 tahun terakhir.
Tetapi beberapa tradisi utama masih dipertahankan.
"Kontak pertama oleh orang Barat kurang dari satu abad yang lalu dan suku Dani ditemukan hidup dalam kondisi Zaman Batu, bahkan mempraktikkan kanibalisme menurut beberapa sumber," katanya.
"Selama beberapa dekade terakhir, pihak berwenang Indonesia telah menegakkan hukum yang menyebabkan suku Dani meninggalkan tradisi dan budaya mereka, tetapi bahkan hari ini beberapa orang masih memakai 'Koteka'.
Bercerita mengenai koteka, Chiodini, "Kepala desa bahkan menjelaskan kepada saya bagaimana membuat Koteka untuk saya dengan labu memanjang."
Ada beberapa tradisi yang masih dipertahankan, namun ada tradisi yang benar-benar harus mereka tinggalkan, misalnya kanibalisme.
"Kanibalisme telah ditinggalkan di masa lalu dan sekarang mereka lebih suka mengadakan festival babi. Laki-laki membunuh babi dengan busur dan anak panah sementara perempuan menyiapkan 'oven uap' udara terbuka dengan menggunakan daun dan pada akhirnya semua orang memakan babi. Para wanita menunggu giliran mereka."
Lalu, Chiodini melihat ada sesuatu yang aneh dengan tangan seorang wanita.
"Aku melihat seorang wanita dengan tangan yang aneh dan aku tidak bisa mengerti apa yang salah.
Rupanya itu adalah bagian dari tradisi memotong jari bagi wanita yang telah kehilangan orang yang dicintai.
Orang-orang suku Dani mengatakan bahwa ritual itu membantu dalam mengatasi kesedihan dan kebahagiaan.
Chiodini mengatakan, "Ketika saya semakin dekat, saya menyadari bahwa beberapa jari hilang. Mereka mengatakan kepada saya bahwa tradisi suku Dani menyatakan bahwa ketika seorang kerabat dekat meninggal, wanita itu dibuat untuk memotong jari-jarinya dengan kapak batu untuk menekankan rasa sakit kehilangan dan untuk menenangkan roh orang mati. Hari ini dilarang tetapi Anda masih bisa melihat tangan wanita yang lebih tua yang sudah diamputasi."