Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Unik Jepang, Melihat Festival Obon untuk Menghormati Arwah Leluhur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bunga tabebuya yang bermekaran di Surabaya, serasa di Jepang.

TRIBUNTRAVEL.COM - Jika Traveler liburan ke Jepang saat musim panas, mungkin akan merasakan suasana berbeda dari biasanya.

Suasana di negeri sakura akan menjadi tenang, kereta api menjadi kosong dan pekuburan mulai bermekaran dengan bunga.

Saat itulah perayaan Obon akan mulai dilaksanakan.

Dilansir TribunTravel.com dari laman savvytokyo.com, Obon adalah festival musim panas menyambut kembalinya arwah leluhur ke dalam keluarga.

Harganya Capai Ratusan Juta, Ini 7 Alasan Buah Melon di Jepang Sangat Mahal

Seperti di Jepang, Petugas Dorong Penumpang KRL Karena Terlalu Penuh Jadi Viral di Medsos

 

(savvytokyo)

• 4 Negara yang Melarang Warga Israel untuk Memasuki Kawasannya, Indonesia Masuk di Antaranya

Obon biasanya berlangsung selama empat hingga lima hari dan dianggap sebagai acara keluarga paling penting di Jepang.

13 Agustus - Mukaebi

Obon dimulai dengan apa yang disebut praktik awalebi (menyambut api), di mana orang-orang membuat api unggun kecil di depan rumah-rumah mereka untuk membimbing roh setelah mereka kembali ke rumah.

• 5 Rumah Hantu Paling Menyeramkan di Jepang, Ada yang Berbentuk Sekolah sampai Virtual Reality

Mendekorasi altar almarhum dengan memorial kecil, buah-buahan, bunga dan permen Jepang juga merupakan bagian dari tahap persiapan awal - sebuah praktik yang digunakan untuk menawarkan benda-benda yang mereka nikmati selama masa hidup mereka.

Beberapa daerah juga akan menyiapkan kuda yang terbuat dari mentimun dan sapi yang terbuat dari terong dengan tongkat kayu untuk kaki.

Simbolisme di belakangnya adalah bahwa kuda akan membantu roh pulang sesegera mungkin, sementara sapi akan membawa mereka kembali ke surga perlahan-lahan segera setelah festival berakhir.

Sebagian besar orang Jepang juga mulai obon dengan kunjungan ke kuburan untuk membersihkan makam keluarga dan berdoa.

Praktek ini disebut ohaka-mairi .

(savvytokyo)

14-15 Agustus - Hoyo/Kuyo

Selama hari kedua dan ketiga obon, keluarga yang mengikuti tradisi akan mengundang seorang pendeta Buddha ke rumah mereka (atau mengunjungi kuil) untuk membaca sutra dan melakukan upacara peringatan, yang disebut hoyo atau kuyo dalam bahasa Jepang.

Setelah berdoa, mereka makan siang bersama, mengingat kembali kisah lama almarhum tercinta mereka.

Halaman
12