“Sedikit tidaknya iya, namun lebih kepada pertumbuhan kadatangan dan tidak sampai pada penurunan kedatangan,” ujar Gung Adhi, yang juga seorang pelaku pariwisata Bali.
• Ramai Soal Wacana Toba dan Bali Jadi Destinasi Ramah Muslim, Menparekraf Wishnutama Angkat Bicara
• Menparekraf Wishnutama Bantah Wacana Jadikan Toba dan Bali Destinasi Ramah Muslim
Bikin Media Center
Sementara Kepala Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Dr Agung Suryawan Wiranatha, menyebut ada dua kemungkinan yang terjadi dari pemberitaan Fodor’s Travel.
Pertama, media tersebut jujur melakukan survei kemudian mempublikasikan hasilnya.
Kedua, ada pihak-pihak kompetitor yang memberikan ‘bisikan’ negatif tentang pariwisata Bali akibat persaingan pariwisata kedepan yang semakin ketat.
“Menurut prediksi kan ada resesi ekonomi dunia. Maka dari itu persaingan semakin ketat,” kata Suryawan di Denpasar, Rabu (20/11/2019).
Menurut Suryawan pemberitaan negatif media AS itu bagai kerikil dalam pasir, tinggal sekarang kerikilnya harus dibersihkan.
Ia berpesan semua pihak harus kompak, tidak saling tuding dan menyalahkan.
Baik pemerintah, industri, maupun masyarakat harus bersama-sama menjaga pariwisata Bali.
Tak dapat dipungkiri bahwa berita di media tersebut mempengaruhi cara pikir wisatawan.
Maka dari itu ia menyarankan agar Bali membuat media center untuk meng-counter dengan memberikan berita opposite atau berita yang baik sehingga yang buruk itu ditutupi oleh banyak yang baik.
“Dengan demikian animo wisatawan yang berkunjung ke Bali tetap meningkat,” tandasnya (mpa/wem/ant)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Bali No List 2020, Berpikir Dampak hingga Koreksi Bagi Pariwisata Pulau Dewata