Kecepatan tertinggi Carpathia ketika itu adalah 14,5 knot, tapi kapal itu ditambah kecepatannya mencapai 14 knot dengan kekuatan tambahan agar bisa menambah uap.
Rostron juga memerintahkan pengurangan dalam sistem pemanas kapal sehingga lebih banyak uap dapat dialihkan ke mesin untuk menambah tenaga.
Kecepatan ekstra ini bukannya tanpa risiko.
Sebab, Carpathia juga harus menghindari gunung es sepanjang 107 kilometer.
Sebagai antisipasi, perwira dalam Carpathia dikumpulkan dan mulai bersiap-siap mengeluarkan sekoci apabila dibutuhkan.
Tiga dokter juga diperintahkan segera mengambil sikap di dalam kapal.
Selain itu, para perwira junior mulai mempesiapkan area kapal, kabin dan ruangan untuk menampung korban yang selamat nantinya.
Mereka juga menyiapkan selimut dan makanan untuk menolong korban.
Ketika Carpathia kembali ke New York dengan 705 penumpang Titanic yang telah diselamatan, ada keinginan dari berbagai pihak untuk mengumpulkan dana apresiasi kepada para kru yang telah bertugas.
• Penjelasan BMKG Terkait Kabar Gelombang Panas Akan Melanda Indonesia
• Curhat Pramugari Tentang Sisi Lain Pekerjaannya, Tak Seindah yang Dibayangkan
4. Bukan cuma Carpathia saja yang terima sinyal SOS
Pada 1912, beberapa kapal mulai membawa peralatan nirkabel untuk kenyamanan bagi penumpang yang ingin mengirimkan komunikasi ke daratan.
Ini berbeda dengan fungsinya sebagai alat navigasi keselamatan.
Operator nirkabel ini mulai tak dioperasikan lagi oleh anggota kru kapal, melainkan karyawan dari perusahaan telegrap milik Marconi agar penggunaan nirkabel lebih terkontrol lagi.
Ketika Titanic menunjukan tanda bahaya, kapal itu mulai mengeluarkan sinyal SOS kepada kapal-kapal yang melintas pada radius sekitarnya.
SOS merupakan pengembangan dari sinyal radio CQD.
Baca tanpa iklan