Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Liburan ke Jepang

Fakta Unik Vending Machine di Jepang, Awalnya Berisi Perangko dan Kartu Pos

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fakta Unik Vending Machine di Jepang

Namun, penemuan mesin penjual otomatis banyak disetujui Percival Everitt, yang mengembangkan perangkat yang dioperasikan dengan koin di London pada tahun 1883 dan kemudian dipasang di stasiun dan kartu pos yang dibagikan.

Lima tahun kemudian, Tawaraya Koshichi, seorang seniman dan penemu furnitur, menciptakan mesin penjual otomatis pertama di negara ini yang menjual perangko dan kartu pos.

Struktur mekanisnya mirip dengan boneka-boneka mekanis tradisional Jepang, yang dikenal sebagai karakuri.

Namun, popularitas mesin penjual otomatis mulai melambung pada tahun 1950-an dengan jumlah yang berlipat ganda setiap tahun.

Jumlah mesin penjual otomatis di Jepang memuncak pada 5,6 juta mesin sekitar tahun 2000.

Hal tersebut dihitung dengan kemungkinan satu mesin digunakan untuk setiap 22 orang.

Popularitas mesin penjual tersebut membentuk persaingan dengan toko 24 jam sehingga membendung popularitasnya dan jumlahnya juga sedikit menurun sejak saat itu.

Meskipun mengalami penurunan, masih sulit untuk membayangkan jalan Jepang tanpa mereka terutama karena generasi teknologi tinggi baru muncul di seluruh negeri dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan informasi ini, mesin kemudian menyarankan minuman yang direkomendasikan dan disesuaikan dengan selera individu.

Ini jelas merupakan sektor yang berkembang dalam hal teknologi.

Perkembangan itu terlihat dalam rencana operator kereta api JR East untuk meluncurkan layanan baru bulan depan.

Layanan baru ini memungkinkan penumpang untuk menggunakan mesin penjual otomatis “Inovasi” yang dipasang di 400 stasiun, dengan pelanggan yang menerima Kode QR untuk membeli satu gelas minuman per hari.

Perkembangan mesin penjual otomatis

Koin Mesin Penjual Otomatis (YouTube)

Ada banyak alasan mengapa mesin berkembang pesat di Jepang, yaitu biaya operasional minimal dibandingkan dengan toko fisik, kenyamanan sepanjang waktu, tingkat kejahatan jalan yang rendah, dan fakta bahwa Jepang masih merupakan masyarakat berbasis uang tunai.

Beberapa ahli juga beralasan yaitu beberapa orang Jepang untuk menghindari tekanan dari interaksi manusia dalam bentuk apa pun, terutama ketika bekerja berjam-jam atau bekerja intens dengan menggunakan mesin.

Halaman
123