Nama Ammatoa adalah sebutan bagi kepala adat Suku Kajang.
Rumah-rumah penduduk di Desa Adat Ammatoa berbentuk panggung memanjang yang terbuat dari kayu.
Rata-rata mereka hidup dengan memiliki hewan peliharaan.
Kehidupan masyarakat Desa Adat Ammatoa bisa dibilang tak tersentuh oleh modernisasi.
• 5 Kuliner Khas Suku Baduy yang Unik nan Lezat
• 8 Fakta Unik Suku Baduy Dalam, Mulai Perjodohan hingga Warna Pakaian
• Cara Menuju Desa Adat Baduy dari Jakarta
• 6 Tips Liburan Akhir Pekan ke Desa Baduy
• Hidup Sederhana di Pedalaman Banten, Suku Baduy Tolak Bantuan Dana Desa Senilai Rp 2,5 Miliar
• Serasi dengan Alam, Ini 7 Tradisi Suku Baduy yang Perlu Traveler Tahu
Di Desa Adat Ammatoa hampir tak ada barang elektronik, telepon seluler serta listrik.
Bahkan, mobil dan motor pun tak dapat masuk ke permukiman masyarakat desa yang akses jalannya masih didominasi bebatuan.
Keunikan lain di Desa Adat Ammatoa, anak-anak SD ini menggunakan baju putih dan bawahan hitam sebagai baju seragamnya.
Warna hitam adalah warna khas dari masyarakat ini.
Hitam, bagi mereka merupakan filosofi hidup.
Dari gelapnya rahim di kandungan ibu kembali ke gelapnya liang kubur saat meninggal.
Warna hitam pula yang menjadi pakaian warga desa setiap harinya.
Mulai dari sarung, baju hingga penutup kepala.
Cara hidup Ammatoa diatur oleh Pasang.
Pasang merupakan semacam petuah yang tidak tertulis yang disampaikan secara lisan kepada leluhur.
Masyarakat Suku Kajang, meyakini tempat mereka tinggal yakni Tana Towa adalah tanah tertua yang ada di dunia sebelum adanya kehidupan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Kampung Adat Ini Sudah Lama Hidup Tanpa Listrik.