Usai dijemur, ikan dan kepala kemudian dipanggang diatas bara api yang menggunakan batok kelapa selama 15-30 menit.
"Ikan yang digunakan adalah manyung, tongkol, pari, kadang- kadang kalau tidak ada ikan itu menggunakan ikan patin," lanjutnya.
Yaenuri dan pemilik pengasapan ikan lainnya mendapatkan suplai ikan dari berbagai daerah.
Seperti dari Batam, Probolinggo, dan Juwana.
Hal ini dikarenakan pantai di derah Semarang dangkal sehingga tidak ada banyak ikan.
Dalam sehari, Yaenuri bisa memproduksi sekitar 2-5 kwintal ikan asap.
Sedangkan untuk total produksi dari 25 rumah pengasapan dalam sehari bisa menapai 6 ton.
Banyaknya hasil produksi ikan asap ini membuat pemerintah Kota Semarang meresmikan kampung Bandarharjo menjadi Kampung Mangoet pada 26 Juli lalu.
"Harapannya dengan peresmian Kampung Mangoet ya supaaya pengusaha ikan asap di sini makin maju. Bisa semakin banyak menyerap tenaga kerja, di kampung pengasapan ini sudah ada sekitar 151 pekerja. Semoga kampung Mangoet bisa menunjung kesejahteraan kita," ucap Yaenuri.
Nantinya pengunjung yang datang ke Kampung Mangoet bisa melihat-lihat proses pengasapan ikan sekaligus mencicipi kuliner mangut yang diolah dari ikan asap.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kampung Mangut, Sentra Produksi Ikan Asap di Bandarharjo Semarang