TRIBUNTRAVEL.COM - Jalinan akar pohon yang menempel di dinding bata di satu sudut Kota Lama Semarang mengingatkan Dian Yulinar pada pemandangan serupa yang dia lihat di Angkor Wat, Kamboja, beberapa tahun lalu.
Dian pun tak menyiakan kesempatan itu untuk berfoto di dekatnya.
"Ukurannya memang lebih kecil dari akar pohon yang menempel di batu candi di Angkor Wat. Tapi, tetap menarik untuk jadi latar foto," katanya saat berkunjung ke Kota Lama, Minggu (21/7/2019).
Sebenarnya, ini kunjungan kedua Dian ke kawasan berjuluk Little Netherland itu.
Namun, perempuan asal Solo ini tetap dibuat kagum pada deretan bangunan lawas yang masih terawat.
Tempat bersejarah ini menjadi destinasi wisata unggulan Kota Semarang.
Apalagi, saat ini, ada perubahan ornamen pelengkap yang membedakan dengan kedatangannya yang pertama. Di antaranya, keberadaan sejumlah kursi taman di pinggir jalan.
Dia bisa memanfaatkan kursi-kursi tersebut untuk sekadar melepas lelah, atau menunggu pengunjung lain foto di spot yang ingin dia abadikan.
Terutama di akhir pekan, pengunjung kawasan ini memang banyak.
Ada pula pembatas jalur bagi pejalan dan kendaraan. Juga, tiang-tiang lampu yang mempercantik kawasan ini. Semua bertema klasik.
Setahun terakhir, lewat bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang merevitalisasi Kota Lama. Selain untuk menarik wisatawan juga menjadi upaya perawatan agar Kota Lama masuk jajaran kota pusaka warisan dunia (world heritage) UNESCO.
Puas foto di depan akar pohon yang menyatu dengan dinding, Dian yang datang bersama temannya, Anugraheni, melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan berpaving di kawasan itu. Sesekali, dia membuka aplikasi Kota Lama Semarang di ponsel. Aplikasi yang bisa diunduh di Playstore itu berisikan daftar dan informasi bangunan kuno yang masih berdiri kokoh di Kota Lama.
"Praktis. Meski tanpa pemandu, kita tetap bisa mengetahui sejarah bangunan-bangunan itu. Belajar sejarah jadi tidak terasa karena dibalut wisata foto," imbuh Dian.
Beberapa yang menarik perhatian Dian dan membuatnya berdiri agak lama, di antaranya di depan bangunan Spiegel Bar and Resto. Di laman aplikasi dijelaskan, gedung Spiegel dulunya bernama NV Winkel Maatschappij H Spiegel. Yakni, toko serba ada yang menjual barang mewah, termasuk lampu, pakaian wanita, dan produk pendukung kecantikan.
Ada juga gedung Marba yang ikonik. Penamaan Marba mengacu pada akronim nama pemilik awal, Marta Badjunet. Dia merupakan konglomerat asal Yaman. Bangunan ini juga merupakan toko serba modern yang juga menjadi kantor perusahaan impor-ekspor.