Sejak itu, daerah pedesaan ini berkembang dan menjadi lokasi penambangan.
3. Satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia
Lubang Mbah Soero di Sawahlunto, Sumatera Barat.(KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)
Pertambangan batubara di Ombilin mulai beroperasi lebih dari satu abad.
Dahulu tambang ini dikelola oleh pemeritah kolonial hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk.
UPO di Sawahlunto ini merupakan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia
4. Kota industri pada masanya
Dilansir dari situs resmi UNESCO, penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri.
Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan. Guna mendukung kegiatannya,
Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api guna mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatera.
Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (dikenal sebagai Teluk Bayur) dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland.
Sementara, 1887-1892, mereka mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini menuju ke wilayah Sawahlunto.
5. Pernah pekerjakan "orang rantai"
Patung orang rantai terpasang di kompleks Museum Tambang Lobang Mbah Soero yang merupakan tambang pertama Belanda di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.(KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)
Ada sedikit cerita miris menyanyat hati di Sawahlunto. Dahulu para, tahanan kriminal dan politik dari wilayah Jawa dan Sumatra dibawa ke tempat ini.
Selama pengiriman ke Sawahlunto kaki, tangan dan leher mereka diikat.
Selanjutnya, di Sawahlunto, mereka dipekerjakan sebagai kuli tambang batu bara dengan kaki, tangan, dan leher masih dirantai.
Baca tanpa iklan