"Sebenarnya dasar semua kepercayaan itu sama, jadi kami menghormati dengan menempatkan semuanya di sini," ucap Ketua 1 Sahasra Adhi Pura, Leo Kjartan kepada TribunSolo.com..
Leo menjelaskan, uniknya miniatur di Sahasra Adhi Pura dibangun dengan menggunakan skala lograritmik bukan dengan dengan skala linier, mengingat bangunan yang asli begitu besar.
Namun dia tetap memperhatikan posisi dan detail bangunan miniatur agar dapat tepat menunjukkan arah matahari saat titik balik utara, titik balik selatan dan ekuinoks.
"Walaupun koordinatnya berbeda dengan bangunan aslinya, miniatur bangunan ini bisa menunjukkan fungsi yang sama sebagai penunjuk posisi matahari," jelasnya.
Seperti miniatur Piramida yang ditemukan di Meksiko bernama Cichen Itza, waktu matahari terbit di ekuinoks dari sisi piramida muncul bayangan naga.
"Di setiap tempat suci, mengarah seperti itu, mengarah kepada matahari, bulan dan bintang-bintang semuanya ada hubungan antara manusia dengan dunia," tutur dia.
Selain itu, ada pula miniatur Candi Borobudur, Stonehenge dari Inggris, Kuil Mnajdra di Pulau Malta, Piramida Agung Mesir, Serpent Mound di Ohio AS, lukisan batu dari Tassisi Najjer, Axum Eturgin di Afrika dan puluhan bangunan lainnya.
"Total ada 50 miniatur purba keajaiban dunia dari seluruh dunia itu dan bisa dinikmati untuk umum saat waktu-waktu tertentu di luar jam peribadatan," akunya.
(TribunSolo/Agil Tri)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Cerita Asal Usul Sahasra Adhi Pura Mojolaban Sukoharjo untuk Meditasi Umat Hindu
Baca tanpa iklan