Keong sawah yang merupakan bahan utama pembuatan kraca, diperoleh dari daerah Pekalongan dan Demak.
Meskipun berbahan utama keong, tetapi untuk menciptakan rasa yang berbeda, ditambahkan pula bahan masakan lain untuk menggugah selera.
"Harga satu kilogram kraca adalah Rp 40 ribu, tetapi rata-rata pembeli banyak juga yang membeli setengah kilogram," jelasnya.
Proses memasak kraca tergolong tidak sederhana. Pertama keong mentah dicuci terlebih dahulu hingga bersih.
Setelah bersih, keong kemudian dilubangi pada bagian ujungnya. Tujuannya supaya menghilangkan kotoran sekaligus agar bumbu meresap ke dalam.
"Keong-keong kemudian direndam semalam. Pada pagi harinya keong kembali dicuci berkali- kali hingga bersih dan baru dimasak," paparnya.
Setelah benar-benar bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran, barulah untuk memasaknya, bumbu- bumbu yang sudah dihaluskan ditumis.
Masukan keong-keong yang sudah dicuci bersih. Setelah bumbu meresap kemudian diberi air dan direbus hingga kurang lebih 4 sampai 5 jam.
Sambil beberapa kali diaduk untuk semakin meresapkan bumbu-bumbu kedalam daging keongnya.
Setelah 4 sampai 5 jam, maka kraca makanan khas Banyumas siap disantap.
Kraca makanan dari bahan dasar keong sawah memiliki citarasa yang lezat, pedas dan segar. Daging keong teksturnya lunak dan kenyal.
Proses pembuatan kraca di warung milik Khamlani semua dikerjakan sendiri.
Khamlani mengaku justru takut jika dikerjakan oleh orang lain sebab, rasanya bisa kurang pas.
Bahkan menurutnya hal penting yang mesti diperhatikan adalah suasana hati ketika memasak.
"Pernah ada yang coba beli resep untuk buat kraca tahun 2015 an. Tetapi ketika diberi resep rasanya tetap beda, satu resep tapi tangannya beda jadi rasanya juga tidak sama," ujarnya.
Secara tampilan kraca mungkin sedikit terlihat menjijikan. Tetapi jika sudah mencicipi pasti akan membuat ketagihan.