Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Apa yang Terjadi jika Seluruh Gunung Berapi di Bumi Meletus Bersamaan?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI gunung meletus

TRIBUNTRAVEL.COM - USGS mencatat hingga kini ada sekitar 1500 gunung api aktif. Akan tetapi bisa saja jumlahnya bertambah lantaran kemungkinan masih ada gunung api yang tersembunyi di bawah lautan.

Adapun setiap hari, ada sekitar 10 hingga 20 gunung api yang meletus di berbagai tempat di dunia ini. Hingga menyebabkan kerusakan hingga menelan korban jiwa.

Sekelompok peneliti memiliki pertanyaan menggelitik terkait erupsi gunung api ini. Bagaimana jadinya jika semua gunung api di dunia ini meletus seketika secara bersamaan? Apakah bumi akan bertahan?

Sethi menyebutkan bahwa bumi tidak akan bertahan.

"Satu gunung api di darat saja yang meletus secara sinkron, pengaruhnya akan memicu rantai domino lingkungan, berkali-kali lebih kuat daripada musim dingin nuklir. Hal-hal akan menjadi sangat buruk sehingga saya tidak ingin bertahan hidup di Bumi seperti ini," katanya kepada Live Science.

Ia memaparkan, dua bahaya besar dari bencana vulkanik di seluruh dunia adalah abu dan gas vulkanik. Sementara ledakan dan curahan lava akan menjadi sangat mematikan bagi orang-orang yang tinggal di dekatnya. Bisa saja erupsi dan lava ini menelan korban jiwa banyak tapi ini tidak akan sebanyak dibandingkan dengan efeknya terhadap perubahan iklim berikutnya.

Bumi menuju kegelapan

Sethi memprediksi bahwa lapisan abu yang tebal akan menyelimuti Bumi, benar-benar menghalangi sinar matahari yang masuk.

"Planet ini akan menjadi gelap gulita, dan itu akan merusak proses fotosintesis, menghancurkan hasil panen dan menyebabkan suhu turun," kata Sethi.

Nahasnya, abu vulkanik ini bisa bertahan di atmosfer hingga 10 tahun.

Beberapa di antaranya semisal gunung berapi Hawaii, biasanya mengeluarkan aliran lava yang lembut.

Hujan asam

Selain itu, letusan gunung api juga bisa menyebabkan turunnya hujan asam yang akan membunuh semua tanaman yang sebelumnya selamat dari timbunan abu.

Gas vulkanik termasuk nasties seperti asam klorida, hidrogen fluorida, hidrogen sulfida dan sulfur dioksida, yang dapat menjadi hujan asam ketika mereka mengembun tinggi di atmosfer. Hujan asam itu akan mencemari air tanah dan permukaan laut.

Pengasaman laut juga akan membunuh karang dan makhluk laut dengan cangkang keras. Kepunahan akan menyebar ke rantai makanan laut, memusnahkan ikan dan kehidupan laut lainnya.

Para peneliti telah mendokumentasikan hubungan yang sama antara pengasaman laut, kepunahan massal di masa lalu Bumi dalam peristiwa letusan mega vulkanik yang disebut basal banjir.

"Basalt banjir dan peristiwa kepunahan massal saling terkait," kata Paul Renne, seorang ahli geologi di Berkeley Geochronology Center di California yang berspesialisasi dalam mencari tahu usia batu.

Ledakan vulkanik yang eksplosif juga melontarkan abu, debu, dan gas ke stratosfer. Partikel-partikel ini memantulkan sinar matahari dari Bumi dan secara signifikan dapat mendinginkan planet ini, meskipun sebentar. Misalnya, letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991 - salah satu dari dua letusan terbesar di abad ke-20 - menurunkan suhu dunia hingga 0,7 derajat Fahrenheit (0,4 derajat Celsius) selama dua tahun.

Tapi kan erupsi gunung api bisa melepaskan karbon dioksida yang membentuk efek rumah kaca sehingga bisa mengimbangi pendinginan global? Betul, tapi Sethi menyebutkan jika 1500 gunung api erupsi bersamaan maka ini akan membanjiri sistem bumi.

Erupsi yang begitu besar pasti akan mengubah komposisi atmosfer yang cukup untuk membuat manusia keracunan karbon dioksida.

Catatan batuan menunjukkan tingkat karbon dioksida melonjak di Kapur, membunuh kehidupan laut di beberapa bagian lautan dan mematikan sirkulasi lautan. Sekitar 90 juta tahun yang lalu, kadar karbon dioksida di atmosfer sekitar 2,5 kali tingkat saat ini.

Lantas apakah yang bakal selamat dari letusan mega vulkanik ini?

Halaman
12