Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Bahaya yang Terjadi Jika Salju di Everest Mencair, Munculnya Jasad Pendaki hingga Penyakit Mematikan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendakian di Gunung Everest

Selain mayat-mayat itu, cairnya es rupanya juga menyingkap keberadaan penyakit kuno.

Intisari Online/Hannelore Schmatz

Menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam PNAS, sebuah virus berusia 30.000 tahun pernah ditemukan di lapisan es Kutub Utara, hal tersebut meningkatkan kekhawatiran jika kenaikan suhu juga turut menyebabkan meningkatnya penyakit mematikan.

Gletser yang mencair memang merupakan kekhawatiran seluruh dunia. Sejak awal abad 20, gletser di planet ini telah berkurang dengan cepat.

Misalnya saja jumlah gletser di Taman Nasional Gletser, rumah bagi sekitar 150 gletser, kini berkurang menjadi 30 saja. (Monika Novena)

Kisah Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Gunung Everest, Mereka yang Tak Pernah Kembali

Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang.

Karena risiko berbahaya, banyak pendaki yang datang tanpa pernah kembali lagi.

Berikut 5 kisah di antaranya: 

 George Mallory

5. George Mallory dan Sandy Irvine (Inggris)

Pada 1924 George Mallory dan Sandy Irvine mendaki Everest dan kemudian hilang selama 75 tahun.

Mayat Mallory ditemukan pada 1999, sedangkan Irvine masih belum diketahui keberadaannya.

 Maurice Wilson

 

4. Maurice Wilson (Inggris)

Pada 1934 Maurice Wilson seorang mistikus, tentara Inggris dan pilot berencana menerbangkan pesawat ke lereng atas Everest dan kemudian mendaki ke puncak.

Rencana ini tidak diperkenankan oleh pihak berwenang, Wilson kemudian terbang ke India dan mendekati Gletser Rombuk di Everest untuk mendaki dengan peralatan seadanya.

Halaman
123