TRIBUNTRAVEL.COM - Umat Hindu di seluruh dunia saat ini sedang menjalani Tapa Brata Penyepian.
Secara filosofis, Nyepi adalah proses pergantian tahun Caka, yakni dari tahun lama ke tahun yang baru, dari kehidupan lama menuju kehidupan baru.
Nyepi sendiri berasal dari kata sepi atau hening yang mengajarkan kita untuk mengutamakan hidup dalam suasana damai yang hening dan harmonis.
Selain itu, melalui Nyepi, manusia mengevaluasi kembali relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan penciptanya serta manusia dengan alam.
• 5 Kegiatan Menarik saat Nyepi di Bali, Nikmati Panorama Milky Way hingga Ritual Perang Api
Hal ini disebut dengan Trihita Karan, yakni berkontemplasi dan menjalani berbagai pantangan agar mengalami "pemutihan" diri.
Saat Nyepi, manusia menghentikan segala aktivitas rutin sehari-hari sehingga alam kemudian bebas bergerak sesuai rotasinya tanpa campur tangan manusia.
Tonton Juga
• 8 Hidangan Khas Bali yang Selalu Tersedia Saat Hari Raya Nyepi
Pada saat Nyepi, manusia dan semesta sama-sama mencari keseimbangan dan memperbaikinya diri dalam relasinya, sebab jika manusia rusak alam pasti rusak.
Dan sebaliknya, jika alam rusak pasti karena manusianya juga rusak.
Saat menjalani Nyepi, lanjut dia, umat Hindu memiliki empat pantangan yang tidak boleh dilanggar yang biasa disebut dengan Catur (Brata) Penyepian.
1. Amati Geni (Tidak Boleh Menyalakan Api)
Api adalah simbol hawa nafsu.
Pada hari Nyepi, umat Hindu berkontemplasi tanpa menyalakan api atau adanya cahaya untuk mengendalikan hawa nafsu yang disimbolkan dengan api.
• 5 Destinasi Wisata di Sekitar Gunung Bromo yang Masih Bisa Dikunjungi Saat Nyepi
2. Amati Karya (Tidak Bekerja)
Dengan amati karya, umat Hindd kembali melakukan evaluasi dalam suasana hening tentang apa yang sudah dikerjakan, apakah sudah sesuai dengan kemampuan dan perhitungan yang matang.