TRIBUNTRAVEL.COM - Penelitian baru di AS menemukan bahwa melibatkan pasangan dalam postingan media sosial dapat meningkatkan perasaan keintiman dan kepuasan.
Dilakukan oleh para peneliti di Carnegie Mellon University dan University of Kansas, studi baru ini menyelidiki keadaan yang berbeda, apakah pasangan menganggap posting online bersama pasangan berdampak positif atau negatif.
Tim melakukan 5 rangkaian percobaan yang melibatkan total 692 peserta.
Mereka membandingkan bagaimana memposting informasi pribadi secara online memengaruhi keintiman dan kepuasan dalam konteks online dan offline.
• Curhatan Penumpang Minta Rp 2 Juta Karena Duduk Disebelah Pria Gemuk Picu Keributan di Media Sosial
Termasuk dalam hubungan romantis dengan pasangan dan pertemanan.
Tonton Juga
Bukan hanya foto, tetapi juga berbagai jenis konten, misalnya ketika pasangan memposting tentang diri mereka atau tentang hubungan.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE menunjukkan setengah dari pasangan sering berbagi informasi pribadi di media sosial.
Hal itu dapat berdampak negatif terhadap kepuasan pasangan mereka dan perasaan keintiman dalam hubungan karena pasangan merasa tersisih dan merasa kurang istimewa.
Namun, para peneliti menemukan bahwa memasukkan pasangan dalam postingan media sosial dapat menangkal efek negatif ini.
• 4 Mitos Liburan Generasi Milenial, Traveling Hanya untuk Postingan di Media Sosial?
"Di sisi lain, ketika kita memasukkan orang lain yang signifikan dalam posting, mungkin sebagai bentuk konfirmasi status hubungan atau memposting foto bersama, kami menemukan bahwa itu meningkatkan perasaan keintiman dan kepuasan," kata rekan penulis Omri Gillath.
"Ini memvalidasi hubungan, dan pasangan kemungkinan akan merasa dianggap penting dan inklusif."
Terlepas dari efek negatif pada hubungan romantis, tim menemukan berbagi informasi dari audiens tentang hubungan mereka dengan teman.
"Banyak dari kita merasa berbagi perasaan dan pengalaman sehari-hari di media sosial. Ini merupakan salah satu cara utama kita tetap menjaga hubungan dengan teman dan keluarga," kata peneliti Juwon Lee.
"Karena pergeseran budaya dari percakapan tatap muka menjadi telepon, penting bagi kami untuk memahami bagaimana penggunaan teknologi ini terhadap hubungan pribadi."