TRIBUNTRAVEL.COM - Aurora merupakan satu di antara fenomena alam menakjubkan di dunia.
Ada dua jenis aurora, yakni Aurora Borealis yang ada di belahan Bumi utara dan Aurora Australis di belahan Bumi selatan.
Meski sama-sama aurora, penampilan dan warna keduanya terlihat berbeda.
Selama 10 tahun terakhir, para ilmuwan dan penjelajah bertanya-tanya, mengapa aurora terlihat berbeda di Kutub Selatan dibandingkan Kutub Utara.
• 4 Perbedaan Singkat antara Aurora Borealis dan Aurora Australis; Saudaraan tetapi Bukan Kembar
• Kepolisian Islandia Ungkap Banyak Turis Alami Kecelakaan Akibat Terpesona oleh Aurora Borealis
Mengutip laman Travel and Leisure, aurora disebabkan oleh angin matahari atau solar wind.
Pada dasarnya, Bumi memiliki atmosfer magnetik (magnetosfer) di sekelilingnya yang berfungsi sebagai perisai pelindung.
Ketika angin matahari yang membawa partikel dan plasma bermuatan bergerak melalui ruang angkasa dan bersentuhan dengan magnetosfer Bumi, itu akan disalurkan ke 'garis medan' yang membentang antara kutub utara dan kutub selatan.
Menurut Motherboard, "Presipitasi dan ionisasi dari partikel-partikel ini mendorong molekul atmosfer untuk memancarkan cahaya warna-warni yang sering terlihat di langit malam di daerah kutub."
Cahaya warna-warni itulah yang kita sebut aurora.
• 4 Destinasi Paling Bernilai Tahun 2019, Termasuk Kota di Islandia yang Sajikan Aurora Borealis
Para ilmuwan telah lama percaya, tampilan aurora di Kutub Utara dan Selatan merupakan cerminan dari satu sama lain.
Hal ini tampak masuk akal jika Bumi dan magnetosfer di sekitarnya berbentuk bulat sempurna.
Namun pada 2009, para ilmuwan menemukan ternyata bukan itu faktanya.
Penampakan cahaya aurora muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada kutub mana kamu berada.
Awal pekan ini, para ilmuwan mengajukan alasan yang kemungkinan ada di balik asimetri cahaya aurora antara kutub.
Tim penelitian tersebut menemukan, ketika angin matahari menghantam Bumi siang hari dalam rotasi timur-barat, belokan aurora menjadi asimetris.
Para ilmuwan meyakini asimetri inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa pola aurora terlihat berbeda di kedua kutub.
Namun, studi ini memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada sekadar memahami sedikit lebih banyak tentang aurora.
• 5 Tempat Terbaik Melihat Aurora Borealis, Intip Juga Cara Menuju ke Sana
Memahami asimetri akan membantu para ilmuwan "secara akurat memprediksi lokasi dan waktu terjadinya fenomena geospace," Nikolai Østgaard, penulis utama studi ini, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Hasilnya menjadi semacam masalah besar," kata Mike Liemohn, pemimpin redaksi The Journal of Geophysical Research: Space Physics, jurnal di mana penelitian tersebut diterbitkan.
• Mulai 2020 Mendatang, Sriwijaya Air Group Akan Menyediakan Layanan Wifi Gratis
• Meriahkan Tahun Baru Imlek, Pegipegi Tawarkan Promo Tiket Pesawat, Hotel, dan Kereta Api
• Mau Traveling ke Eropa ? Simak 5 Destinasi Menarik untuk Dikunjungi Selama Februari
• Mengenal Polar Vortex, Pusaran Kutub yang Jadi Fenomena Cuaca Dingin Ekstrim di Amerika Serikat
• 10 Manfaat Konsumsi Avokad Setiap Hari, Bisa Menurunkan Berat Badan dan Melindungi Jantung
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)