Es tersebut diisi oleh banyak batu es dengan pertumbuhan kering berwarna jernih.
Demikianlah, hujan es dengan batu es berbentuk kembang kol terbentuk.
Secara ilmiah bentuk ini disebut sebagai bentuk struktur lobus cusped.
Tapi seperti yang diamati Dr Soderholm, hujan es yang ditunjukan dalam gambar ini tampaknya telah meleleh ketika jatuh, dan memberi kita pandangan penuh tentang embrio dari hujan es.
Terkadang batu es dalam hujan es bisa meleleh karena jatuh yang dipicu oleh bentuknya.
Jika bentuk mereka bulat atau bergerigi, mereka akan jatuh mendadak atau terpental ke bawah.
Sedangkan jika mereka adalah bentuk cakram yang lebar, mereka akan jatuh tanpa terpental ke bawah.
"Ada juga kemungkinan batu dengan bentuk khusus ini hancur ketika jatuh, bertabrakan dengan batu-batu lain, atau ketika menghantam tanah," kata Dr Soderholm.
"Batu es berdiameter lima sentimeter akan jatuh dengan kecepatan sekitar 115 kilometer per jam, sehingga bisa sangat terpental kerasa (sementara) batu es yang berdiameter 8 sentimeter akan turun dengan kecepatan sekitar 175 kilometer per jam," sambungnya.
Dr Soderhold mengatakan perubahan antara pertumbuhan basah dan pertumbuhan kering akan sangat tergantung pada perubahan suhu dan kelembaban dalam sel badai yang khas yang terbentuk sepanjang tahun ini.
"Supercell adalah badai hebat di mana updraught atau arus udara ke atas berputar," jelas Dr Soderholm.
"Rotasi ini memungkinkan badai untuk menjadi jauh lebih teratur dan terkelola dengan baik, dan mereka menjadi lebih intens dan hidup lebih lama," pungkasnya.
• Sebuah Footage Drone Mengungkap Lebih dari 100 Ekor Paus Terjebak di Penjara Bawah Air Raksasa
• Liburan Tahun Baru di Jogja, Solo, Semarang, Bandung, Jakarta Lebih Hemat Diskon 12% dari Traveloka
• Baskin Robbins Tawarkan Promo Single Scoop Cuma Rp 22 Ribu, Lihat Ketentuannya
• Traveling Lebih Hemat Naik Pesawat Garuda Indonesia dan Citilink, Diskon Tiket Sampai Rp 500 Ribu
• Mengenal Black Diamond Apple, Jenis Apel Mahal dan Langka yang Hanya Tumbuh di Pegunungan Tibet
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hujan Es di Sydney Berbentuk Kembang Kol, Kok Bisa?".
Baca tanpa iklan