Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

13 Tips Atasi Hipotemia Saat Mendaki Gunung di Musim Hujan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pendaki gunung

TRIBUNTRAVEL.COM - Penyakit seperti flu, batuk hingga demam jadi penyakit biasa yang terjadi di musim hujan.

Satu penyakit yang bisa terjadi pada para pendaki saat musim hujan adalah hiportemia.

Hipotermia masih jadi satu hal yang paling ditakuti para pendaki.

Kondisi saat tubuh tak sanggup mengembalikan suhu panas karena suhunya terlalu cepat turun ini bisa berakibat fatal.

Lantas, bagaimana bila ada satu kawan kita yang mengalami kondisi ini?

Kenali gejala-gejala hipotermia dan lekas melakukan pertolongan pertama.

Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat Celcius.

Suhu dalam ini berbeda dengan suhu luar atau suhu kulit.

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5 derajat Celcius.

Saat kurang dari itu, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Manurut Twitter @Mapala_UI, gejala awal hipotermia meliputi menggigil, ataksia (terganggunya koordinasi otot), lesu, kulit pucat, bibir membiru, takipnea (nafas cepat dan pendek), takikardia (detak jantuk cepat saat beristirahat), mengeluh dan menggerutu.

Pada tingkat yang lebih ekstrim, penderita justru tidak lagi menggigil, ia akan mengalami kekakuan otot, koma, henti nafas, edema paru, hingga meninggal.

Berikut tips dan trik dari yang dirangkum TribunTravel.com dari @Mapala_UI untuk menangani hiportemia.

10. Dalam menangani hipotermia, prinsip dasarnya adalah menjaga panas tubuh penderita dan mengganti bahan bakar tubuh yang mereka bakar hingga menghasilkan panas.

1. Hal yang perlu diperhatikan adalah hangatkan penderita secara pelan-pelan, JANGAN TERLALU CEPAT.

Halaman
12