Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Begpacker, Fenomena Baru di Mana Turis Asing Kehabisan Uang dan Jadi Pengemis

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Pengemis

TRIBUNTRAVEL.COM - Viral kabar mengenai turis Rusia yang kehabisan uang saat berwisata di Bromo, Jawa Timur.

Kejadian serupa sebenarnya bukan hanya di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara Asia lain seperti Thailand, Vietnam, Singapura, Taiwan, dan Korea.

Contohnya baru-baru situs berita lokal Coconuts Bangkok menampilkan foto dari dua orang turis bule yang mengemis di Pasar Samkong, Phuket.

7 Destinasi Wisata Terbaik di Kepulauan Riau untuk Liburan Akhir Tahunmu

Dua orang turis yang berusia sekitar 20an ini duduk di aspal sembari menaruh kotak sumbangan dan papan kardus bertuliskan huruf lokal.

"Nama saya Alex, saya berwisata di Asia selama 15 bulan. Sayangnya saya kehabisan tabungan, tetapi saya tetap positif. Saya ingin memohon kebaikan orang untuk memenuhi mimpi saya berwisata.

Benarkah Sering Pakai Topi Bikin Cepat Botak? Begini Penjelasannya

Tolong berdonasi untuk perjalananku, terima kasih," tulisan di papan yang dibawa turis tersebut.

Setahun belakangan Coconuts mencatat kejadian turis bule mengemis di Thailand.

Mulai dari keluarga yang mengemis bersama di Chiang Mai, turis dengan kondisi kaki yang kelainan lantas mengemis dan menghabiskan uang donasi di klub malam Khaosan Road.

Boris, seorang turis asal Rusia, tidur di garasi pemilik apotik sebelum dibawa ke rumah sakit (KOMPAS.com/A. Faisol)

Ada Bakteri yang Hidup di Otak Manusia, Berbahayakah?

Ada juga turis yang berjualan setelah kehabisan uang.

Seperti turis yang menjual bendera di lampu merah dan membawa papan tulisan ia tuli dan turis yang menjual foto dirinya sendiri.

Fenomena ini sendiri lantas disebut 'Begpackers', singkatan dari beg dan bagpackers.

Alias turis berbujet rendah yang berakhir mengemis.

Tak Cuma Dipakai Saat Menstruasi, 5 Manfaat Lain Pembalut dan Pantyliner: Bisa Jadi Pengharum Laci

Begpcakers menjadi kontroversi khususnya di Asia Tenggara.

Beberapa ada yang iba, banyak pula yang jengah.

Lantaran banyak yang menggangap mengemis karena kehabisan ongkos di negara berkembang tidak etis.

Halaman
12