Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Di Mana Ada Sate, di Situ Pasti Ada Tongseng dan Gulai! Ternyata, Begini Sejarahnya

Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berada di Jalan Sidomukti Tiyasan, Condong Catur Depok Sleman, Sate Klathak Djiroso memiliki citarasa yang tidak kalah lezatnya di banding sate-sate yang berada di kawasan Imogiri.

TRIBUNTRAVEL.COM - Mudah menemukan penjual sate yang sekaligus menjual tongseng dan gulai.

Ternyata, tiga hidangan ini memiliki hubungan dari segi strategi penjual dan sejarah keberadaannya di Tanah Air.

"Abad ke-18 sampai 19 banyak saudagar dari Timur Tengah datang berdagang di Nusantara."

"Mereka juga menyebarkan agama dan membawa kegemaran lainnya, termasuk kuliner," kata pengamat kuliner Arie Parikesit dalam acara Kecap Bango Melestarikan Warisan Kuliner Nusantara Sajian Tongseng di Restoran Oasis, Jakarta, Selasa (30/8/2016).

Arie menyebutkan dua jenis daging yang disukai oleh saudagar asal Timur Tengah adalah kambing dan domba.

Kegemaran menyantap daging kambing dan domba ini yang akhirnya ditularkan ke masyarakat lokal.

Sate yang saat ini dikenal sebagai satu hidangan Tanah Air, menurut Arie sebenarnya terinspirasi dari shish kebab dari Timur Tengah.

Perbedaan hanya terdapat dari segi bumbu dan saus siraman.

Lantas mengapa hidangan sate erat kaitannya dengan tongseng dan gulai?

"Setelah daging habis diolah mejadi sate, sisalah jeroan dan bagian kambing lainnya."

"Bagian sisa tersebut kemudian diolah menjadi gulai," jelas Arie.

Dari air rebusan kuah gulai, kemudian penjual menumis kembali dengan kol dan tetelen.

Jadilah hidangan tongseng.

"Seng dari tongseng itu diambil dari kata 'oseng-oseng' (tumis)," kata Arie.

Jadi dengan memasak sate, gulai, dan tongseng maka penjual dapat memanfaatkan seluruh bagian kambing dengan maksimal dan tidak ada yang mubazir.

Halaman
12