Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Gelombang Panas Landa Berbagai Wilayah di Dunia, Ini Dampak yang Ditimbulkannya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi orang mendinginkan diri akibat gelombang panas dan suhu yang tinggi.

Suhu ekstrem yang tinggi di Eropa disebabkan oleh sistem tekanan tinggi yang stagnan.

Selama dua bulan terakhir, arus jet (arus yang menimbulkan perubahan cuaca di wilayah Eropa) berada di bagian lebih jauh ke utara dibandingkan biasanya.

"Tahun 2018 menjadi satu di antara tahun-tahun terpanas yang pernah dicatat, dengan rekor temperatur baru bermunculan di berbagai negara," kata Deputi Sekretaris Umum WMO (World Meteorological Organization), Elena Manaenkova.

"Ini bukanlah hal yang mengejutkan."

"Gelombang panas dan suhu tinggi yang ekstrem yang kita alami saat ini sejalan dengan dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca."

"Ini bukanlah skenarion yang akan terjadi di masa depan."

"Hal ini kini sedang benar-benar terjadi."

Gelombang panas besar terakhir dialami Eropa pada 2003.

Saat itu, temperatur mencapai rekor terpanas sejak tahun 1540.

Bahkan, ada lebih dari 200 ribu kasus kematian yang terkait dengan suhu tinggi saat gelombang panas melanda benua tersebut.

Gelombang panas pun tidak hanya melanda kawasan Eropa, tetapi juga berbagai negara di seluruh dunia.

Setidaknya 155 orang tewas akibat gelombang panas di Jepang.

Sementara, Gurun Sahara di Algeria dilaporkan mengalami suhu tertinggi di Afrika, yakni 51,1 derajat Celsius pada 5 Juli 2018 lalu.

Lalu, adanya kebakaran di California, AS menyebabkan Yosemite National Park ditutup pekan ini. (*)