Hormon ini berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel dan membelah untuk membentuk sel-sel baru.
Sepertiga dari mereka yang menderita sindrom ini juga ditemukan hidup di desa-desa terpencil di Provinsi Loja, selatan Ekuador.
Manpreet memiliki satu saudara perempuan yang bernama Jaspreet yang baru saja menginjak usia 17 tahun dan seorang saudara laki-laki bernama Mangaldeep.
Keduanya memiliki perkembangan fisik dan mental yang normal.
Tidak dapat merawat balita yang dewasa, keluarga Manpreet mengirimnya ke rumah paman dan bibinya, Karanvir Singh dan Lakhwinder Kaur di Hisar untuk dirawat.
Letaknya, 70 mil jauhnya dari rumah orangtuanya di Mansa.
Manpreet menarik banyak perhatian karena kesamaan fisik dan kognitifnya dengan balita berusia satu tahun.
Seiring popularitasnya, penduduk setempat menganggap Manpreet sebagai inkarnasi atau jelmaan dewa.
Manpreet memiliki telapak tangan yang membengkak, kaki dan wajah besar dengan kulit kendur dan hanya mampu mengucapkan beberapa kata.
Sebagian besar cara berkomunikasinya melalui gerakan sembari tertawa, menjerit, atau menangis.
Manpreet juga tidak mampu melakukan percakapan normal.
Paman dan bibi dari pihak ibunya merawat Manpreet layaknya putra mereka sendiri dan mengaku menikmati kenakalannya.
Paman dan bibi yang merawat Manpreet juga mengkhawatirkan masa depannya, keluarga itu telah berkonsultasi dengan dokter di kota-kota terdekat.
Dokter telah mengatakan mereka perlu melakukan penyelidikan yang tepat terhadap kondisi Manpreet sebelum dapat memutuskan diagnosis.
Karanvir dan putranya bekerja sebagai supir dan penghasilan mereka masih sangat kekurangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Sehingga kini mereka meminta para warganet untuk menggalang dana untuk perawatan Manpreet.
Sedangkan sebuah kampanye menggalang dana untuk membiayai perawatan Manpreet juga telah dibuat melalui situs penggalangan dana di India, Ketto.