Hanya membayangkan saja, rasanya tidak ada orang yang ingin menginjakkan kaki di pulau terpencil ini.
Jika kalian tidak sengaja memasuki wilayahnya, akan sangat sulit lari dari kejaran ular penghuni pulau ini.
Meskipun lari dan berenang ke dasar laut, beberapa jenis ular di sana tidak takut air dan pandai berenang.
Hampir tidak ada orang yang datang ke pulau ini selain ilmuwan pemberani yang mendapat izin untuk melakukan penelitian di sana, menurut laporan Smithsonian.
Ada satu cerita tentang seorang nelayan yang berlayar sampai ke wilayah terdekat pulau ini dan mesin kapalnya mati.
Ia pun memutuskan masuk ke pulau untuk bermalam dan mencari pertolongan.
Nelayan itu tidak menyadari ada teror di dalam pulau tersebut.
Saat keluarganya mencari, kapalnya telah ditemukan dengan banyak genangan darah dan jasad nelayan itu dipenuhi gigitan ular.
Cerita lain berasal dari penjaga mercusuar terakhir di pulau itu bersama keluarganya.
Menurut rumor yang beredar, mereka berlari ketakutan saat melihat ular masuk melalui jendela.
Mayat keluarga ini pun ditemukan terpisah di pulau tersebut.
Nama pulau ini sendiri menceritakan sejarahnya yang mengerikan, seperti dilansir dari Dailymail.
Ilha de Queimada Grande kira-kira diterjemahkan dalam Bahasa Inggris sebagai '‘the island of the slash and-burn fire' atau pulau yang memotong dan membakar api, disebut demikian karena konon orang-orang gagal mengembangkan perkebunan pisang di atasnya.
Namun, konservasi satwa liar internasional menyatakan jika ular-ular penghuni pulau ini masuk dalam daftar spesies yang terancam punah.
Adanya ribuan ular yang masih tersisa, tentu pulau ini bukan destinasi liburan yang ideal.
(TribunTravel.com, Rizky Tyas)