Di bagian dinding juga terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi bagian dalam masjid.
Sementara istilah gumuling digunakan karena bentuknya bulat seperti guling.
Keunikan lainnya, lantaran bangunan masjid ini dibangun dengan tembok tebal. Hampir sekitar 1,25 meter ketebalannnya.
Untuk membuatnya, batubata direkatkan tidak dengan semen seperti sekarang namun menggunakan bahan alami seperti putih telur.
Kini masjid tersebut ramai dikunjungi wisatawan.
Diantaranya untuk foto narsis atau prewedding dan lainnya.
Dengan berkunjung ke masjid tersebut menyiratkan jejak perkembangan islam di Keraton Yogyakarta dan kemegahan arsitektur masa lalu.
Berita ini sebelumnya telah dimuat di Tribun Jogja dengan judul Menelusuri Masjid Sumur Gumuling Tamansari, Masjid Bawah Tanah yang Juga Benteng Pertahanan.
Baca tanpa iklan