Dengan kata lain, air dingin akan terperangkap di permukaan laut daripada bersirkulasi ke tingkat yang lebih dalam.
Akibatnya, pendinginan terjadi 40 persen lebih lama dan lebih parah dibandingkan tahun 1815.
Bahkan, bisa berlangsung hingga beberapa tahun.
Suhu permukaan laut yang dingin akibat erupsi juga mencegah penguapan.
Ini berarti, selain penurunan suhu yang drastis, manusia juga bisa menghadapi kekeringan parah di tahun-tahun setelah letusan gunung berapi besar karena hujan tidak turun.
Temuan mengenai dampak letusan Tambora dilakukan dengan menggunakan dua simulasi dari Community Earth System Model.
Simulasi pertama mensimulasikan iklim Bumi dari tahun 850 hingga 2005, termasuk erupsi vulkanik yang terjadi dalam sejarah.
Kedua, mensimulasikan iklim Bumi yang menghasilkan hipotesis meletuskan Gunung Tambora pada tahun 2085.
"Penelitian ini memberikan persepektif bagaimana di masa depan, iklim bisa berpengaruh pada letusan gunung berapi," kata Otto-Bliesner, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Apa yang Terjadi Bila Gunung Tambora di Masa Depan?