Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Punya Pelanggan Setia, Inilah 4 Legenda Kuliner di Pasar Gede Solo yang Eksis Berpuluh Tahun

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasar Gedhe, Solo

Anak Bu Sri yang kini meneruskan usaha almarhumah ibunya sendiri tidak tahu sejak kapan usaha ini dimulai, yang ia tahu hanyalah resep nasi liwet legendaris sang ibu.

Daun pisang menurut anak Bu Sri menjadi penjaga cita rasa nasi.

Jangan lupahkan areh, suwiran ayam kampung rebus, sayur labu, dan telur pindang yang membuat hidangan ini sangat seimbang dari segi rasa.

Harga sepincuk nasi liwet Bu Sri dihargai Rp 9.000.

Patokan asi Liwet Bu Sri berjualan adalah di bagian luar Pasar Gede yang menjual buah. Ia berjualan di pojok dengan meja sederhana dan kursi plastik.

3. Tahok

Tak jauh dari Nasi Liwet Bu Sri, ada Pak Citro yang menjual tahok.

Tahok adalah camilan khas China yang mengenyangkan, yang terbuat dari sari kacang kedelai dan disantap dengan air jahe gula.

(KOMPAS.com/Lulu Cinantya Mahendra)

Di banyak daerah, tahok disebut pula kembang tahu.

Pak Citro berjualan tahok dari tahun 1968, buka dari pukul 06.00 WIB dan biasa habis pukul 12.00 WIB.

Satu mangkuk tahok dihargai Rp 6.000.

4. Dawet Telasih

Ada banyak kios dawet telasih di Pasar Gede, tetapi yang paling ramai adalah Dawet Telasih Bu Dermi.

Mbak Uti adalah nama cucu Bu Dermi yang kini meneruskan usaha keluarga tersebut.

Ia mengaku tak tahu pasti kapan neneknya berjualan, tetapi banyak orang yang mengatakan sejak Pasar Gede berdiri, sekitar tahun 1930.

Halaman
123