Para ahli mengatakan keseluruhan temuan menyelidiki beberapa faktor seperti 'ketidaksetaraan aktivitas' dan tingkat obesitas di 46 negara.
Sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan lingkar pinggang yang berlebih.
Berlawanan dengan kepercayaan populer, temuan utama jumlah langkah yang rata-rata ditempuh orang di setiap negara memiliki dampak kecil pada tingkat obesitas.
Sebaliknya, ketidaksetaraan aktivitas, atau adanya perbedaan besar antara yang aktif dan yang tidak aktif menjadi cerminan yang lebih akurat.
Para peneliti mengatakan kepada BBC, semakin besar selisih antara yang aktif dan tidak aktif, maka makin banyak jumlah orang obesitas yang tinggal di negara tersebut.
Tim Althoff, kandidat PhD ilmu komputer yang terlibat dalam penelitian tersebut, juga mengatakan, "Sebagai contoh, Swedia memiliki satu selisih terkecil antara nilai yang aktif dan tidak aktif, maka negara itu juga memiliki tingkat obesitas terendah."
Pendapat Tim juga didukung oleh temuan tersebut, yang menunjukkan AS dan Meksiko memiliki jumlah langkah rata-rata yang sama.
Namun memiliki perbedaan mencolok dalam angka ketidaksetaraan aktivitas dan tingkat obesitas.
Temuan ini didasarkan pada data anonim yang dikumpulkan dari peserta yang menggunakan aplikasi Argus yang dirancang untuk melacak aktivitas sehari-hari.
Wah, kayaknya orang Indonesia harus sering-sering jalan-jalan nih, biar tidak dicap negara paling malas sedunia.