Kebiasaan berpuasa setiap hari, kecuali di hari besar agama Islam, telah ia lakukan selama lima tahun terakhir.
Kondisinya yang berpuasa, membuatnya hanya berjalan di malam hari.
Dalam kondisi fisik yang baik, ia dapat menempuh perjalanan sepanjang 50 kilometer dalam semalam.
Bila ia lelah, ia 'hanya' bisa menempuh 15 kilometer.
Selama perjalanan ini, ia hanya dua kali mengalami sakit yaitu ketika ia di Malaysia dan India.
Khamim juga tak membawa banyak uang, tapi nyatanya, ia kerap mendapat bantuan tak terduga di jalanan.
Yang mengharukan, ia juga kerap mendapat bantuan dari orang yang berbeda agama.
"Saya tak pernah meminta-minta, namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lain," jelasnya.
"Saya disambut di kuil Budha di Thailand, diberi makanan oleh warga desa di Myanmar, bertemu dan belajar dengan ilmuwan muslim berbagai negara di sebuah masjid di India.
"Serta berteman dengan pasangan Kristen asal Irlandia yang bersepeda di Yangon," kisahnya, sebagaimana dikutip dari Good News From Indonesia.
Khamim meyakini, berhaji bukan melulu beribadah dengan Tuhan.
Tapi berinteraksi dengan manusia dari berbagai keyakinan berbeda.
Menumbuhkan rasa toleransi, menurutnya juga merupakan bentuk kepatuhan kepada Tuhan.
Doping Khamim sederhana saja, campuran air dan madu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Ia pun hanya membawa dua potong kaus dan celana, dua pasang sepatu, sejumlah kaus kaki, sejumlah pakaian dalam, sebuah kantung tidur dan tenda, lampu, telepon pintar, dan GPS.