Restoran ini, kata Edith, menyajikan makanan yang berbahan dasar ikan tuna, mulai dari tuna goreng, tuna panggang, hingga sup tuna.
"Ini, kalian harus coba, ini sangat lezat!" kata Edith menyuruh kami mencicipi tuna panggang.
Dengan masih terheran karena restoran yang tutup masih bisa menerima tamu, kami menghabiskan menu yang tersaji.
Menuju Magsaysay Street
Meski perut sudah terisi penuh, namun Edith masih ingin mengajak kami mencicipi durian, yang menjadi ciri khas Davao selain pantai-pantainya yang menawan.
Davao merupakan kota penghasil durian, di mana durian Davao juga dibudidayakan untuk kebutuhan ekspor.
Bahkan, setiap tahunnya kota ini menyelenggarakan Kadayawan Festival, di mana saat festival tersebut berlangsung siapapun bisa makan durian sepuasnya.
Mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah jalan yang cukup ramai dan terlihatlah deretan penjual durian di tepi jalan.
"Namanya Magsaysay Street, di sini mereka berjualan 24 jam," kata Edith sambil memilih salah satu meja untuk kami tempati.
Tak lama, tiga buah durian berukuran cukup besar diantar ke meja kami.
Saat kulitnya dibuka, terciumlah aroma durian yang membuat siapapun ingin menyantapnya.
Kami pun dengan sigap mengambil sebiji demi sebiji durian hingga hanya menyisakan sebuah durian karena perut kami sudah terlampau kenyang.
Hari itu, makan malam di Kota Davao ditutup dengan durian khas Davao yang begitu legit.
Baca tanpa iklan