Rumah ibadah itulah yang diperuntukan bagi seluruh umat menurutnya.
Hanya karena Daniel seoran Kristiani, warga melihatnya sebagai sebuah gereja.
Selain itu ternyata bukan merupakan bantuk ayam, melainkan merpati.
"Menurut pemiliknya ini tempat bagi semua orang yang percaya pada Tuhan, dan bentuknya lebih ke merpati, dengan warna putih dan badan yang lebih panjang,” ujar Yono di depan pintu masuk.
Sebelum terbengkalai, rumah doa tersebut dibangun mulai 1991, hingga kepalanya pada 1995.
Pada awal 2000, sempat ditutup karena pertentangan dari warga sekitar.
3. Banyak ruangan bawah tanahnya
Jika kamu berkunjung ke sana, mulai pertengahan 2016, kesan angker memang sudah tak terlalu terasa.
Ini akibat pembersihan dan pemugaran yang dilakukan di area utama yaitu aulanya.
Terlebih di bagian atas sudah dipercantik dengan lukisan-lukisan seniman yang syarat pesan moral.
Namun cobalah kamu menyusuri ruang bawah tanahnya.
Terdapat banyak sekat-sekat ruang bawah tanah seperti kamar-kamar sempit.
Selain gelap dan pengap, suasana bawah tanah pun bisa membuatmu merinding.
Saat Tribun Jateng menanyakan ke beberapa pengelola, mereka belum tahu pasti apa peruntukan ruangan bawah tanah tersebut.
4. Menyuguhkan pemandangan yang indah
Untuk masuk Gereja Ayam dan menaiki puncak mahkota merpati, pengunjung harus membayar Rp 10.000 sampai Rp 15.000.