Tetapi, pemerintah Jerman saat itu menyatakan daerah tersebut dilarang untuk pertambangan.
Dengan kekayaan yang sangat besar, bangunan arsitektur bergaya Jerman, rumah sakit, ballroom, kasino, dan banyak fasilitas lainnya termasuk pabrik es, stasiun x-ray, dan kereta api di tempat itu akhirnya ditinggalkan pada tahun 1954.
4. Quneitra, Suriah
Quneitra dibangun pada era Ottoman sebagai stasiun Damaskus untuk kafilah.
Sejak awal abad 20, kota ini telah terperangkap dalam berbagai konflik.
Pada tahun 1946, kota ini menjadi bagian dari Suriah independen, lalu pada tahun 1964 menjadi ibu kota Queneitra Governorate.
Pada tahun 1967, kota ini berada di bawah kendali Israel dan pada tahun 1973 sempat direbut kembali oleh Suriah, hingga akhirnya lagi berada di bawah kendali Israel.
Pada tahun 1974, kota ini hampir sepenuhnya hancur akibat dilakukannya penarikan oleh Israel.
Suriah menolak untuk membangun kembali kota tersebut dan akhirnya ditinggalkan.
5. Oradour-sur-Glane, Perancis
Desa Oradour-sur-Glane berada di bawah Prancis yang pada waktu itu diduduki Nazi selama Perang Dunia Kedua.
Pada tanggal 10 Juni 1944, 642 warga desa dibantai oleh perusahaan Waffen-SS Nazi.
Batalion menutup desa dan memerintahkan penduduk desa untuk berkumpul bagi mereka yang memiliki surat-surat identitas.
Orang-orang itu dibawa ke lumbung dan gudang, ditembak kakinya lalu dibakar dalam lumbung.
Para wanita dan anak-anak juga dikunci di dalam gereja yang dibakar.
Baca tanpa iklan