TRIBUNJATENG.COM - Peradaban jawa kuno selalu menyimpan misteri, satu di antaranya sisa-sisa bangunan peradabannya, yaitu candi.
Di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, terdapat Candi Sukuh yang konon sangat mirip dengan peninggalan bangsa Maya di Meksiko.
Jika kamu berkunjung ke Karanganyar atau ingin mendaki Gunung Lawu, cobalah mampir ke Candi Sukuh.
Candi tersebut bertempat di lereng Gunung Lawu, Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Dari Kota Karanganyar, kamu akan menempuh jarak 20 kilometer, sedangkan dari Kota Sukrakarta sekitar 36 kilometer selama satu setengah jam.
Candi tersebut berada di ketinggian, tepatnya 1.186 mdpl.
Oleh karena itu untuk menuju ke sana terkadang akses jalan ditutupi kabut, perlu menggunakan kendaraan dengan lampu yang menembus kabut.
Namun, perjalanan tersebut akan terbayar ketika sampai dan melihat candi tanpa ditutupi kabut.
Waktu terbaik untuk menikmati arsitektur sambil berfoto di Candi Sukuh ialah pukul 09.00-11.00 WIB.
Karena selain jarang kabut, sudut matahari yang masih di belahan timur akan menambah kecantikan candi saat difoto.
Sekilas candi tersebut sangat berbeda dengan berbagai candi yang berada di Indonesia, khususnya di Jawa.
Kamu tak akan melihat semacam stupa dan yang lainnya.
Bahkan bangunan di sini lebih mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru.
Ditunjukan dari relief-relief manusia burung yang banyak ditemukan di sini.
Selain itu bentuk candi utama yang berupa trapesium memang tak lazim, cenderung mirip dengan bentuk piramida di Mesir.
Konon, bentuk candi yang persis seperti itu baru ditemukan dua di dunia.
"Candi utama baru ditemukan dua di dunia, Candi Sukuh dan peradaban Maya di Mexico. Bangunan tersebut melambangkan kembalinya manusia ke pemiliknya, Tuhan," ujar Sunarto, pemerhati sejarah Candi Sukuh dari Dinas Purbakala, pada Kamis (10/11/2016).
Meski begitu candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena terdapat obyek lingga yoni di banyak bagian.
Lingga yoni sendiri berbentuk kelamin pria dan wanita di bagian candi.
Karena banyaknya obyek lingga yoni yang melambangkan seksualitas, juga bentuk candinya yang tidak biasa di Indonesia, candi ini digolongkan kontroversial.
Sunarto mengatakan candi tersebut dibuat pada abad 14.
Dibuat oleh kerajaan Majapahit yang merupakan peninggalan raja Brawijaya ke-lima. (Magang Tribunjateng/Irzal Adikurnia)