Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Wafat 100 Tahun Lalu, Inilah 19 Fakta Cut Nyak Dien, Ibu Ratu di Sumedang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cut Nyak Dien

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina

TRIBUNTRAVEL.COM - Hari ini (6/11/2016), tepat 108 tahun wafatnya Cut Nyak Dien, Pahlawan Nasional Indonesia yang berjuang melawan Belanda pada masa perang Aceh.

Pahlawan wanita yang berasal dari Aceh ini berjuang melawan Belanda bersama suaminya, Teuku Ibrahim Lamnga, yang menikahinya pada usia 14 tahun.

Namun pada suatu pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim Lamnga gugur.

Meskipun demikian, Cut Nyak Dien tetap memiliki semangat yang berkobar untuk dapat mengalahkan pasukan Belanda.

Di antara berbagai kisah perjuangannya, inilah fakta menarik mengenai Cut Nyak Dien seperti yang dirangkum TribunTravel.com dari berbagai sumber.

1. Cut Nyak Dien berani memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap dibandingkan dengan pasukan Aceh.

2. Setelah Teuku Ibrahim Lamnga wafat, Cut Nyak Dien dinikahi oleh Teuku Umar, yang kemudian secara bersama-sama berjuang melawan Belanda.

3. Dari pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dien dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Cut Gambang, yang kelak melanjutkan perjuangan ayah dan ibunya melawan Belanda.

4. Teuku Umar pernah melakukan gerakan pendekatan kepada Belanda untuk kemudian pura-pura bergabung dengan pasukan Belanda.

5. Setelah mengetahui taktik perang Belanda, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan semua pasukan Aceh melarikan diri dengan membawa amunisi Belanda, yang kemudian disebut dengan Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

6. Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar dan pasukan Aceh mulai melakukan penyerangan terhadap Belanda setelah memiliki persenjataan yang cukup lengkap.

7. Pada 1899, Teuku Umar gugur dalam perjuangannya melawan Belanda.

8. Setelah Teuku Umar gugur, Cut Nyak Dien bersama pasukan kecilnya melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh.

9. Karena kondisi Cut Nyak Dien yang renta, pasukan Aceh berhasil dikalahkan Belanda.

10. Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di rumah sakit di sana namun tetap melakukan kontak dengan pasukan Aceh.

11. Untuk menghindari pengaruhnya terhadap pasukan Aceh, Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat pada 11 Desember 1906.

12. Saat tiba di Sumedang bersama dua tawanan lain, Cut Nyak Dien dalam kondisi lusuh dengan tangan tak lepas memegang tasbih.

13. Saat menyerahkan Cut Nyak Dien kepada Bupati Sumedang, Belanda sengaja merahasiakan identitas Cut Nyak Dien dan dua tawanan lain.

14. Melihat perempuan yang taat beragama tersebut, Bupati Sumedang tidak menempatkan Cut Nyak Dien di penjara, melainkan menitipkannya di rumah H.Ilyas, seorang tokoh agama di Sumedang.

15. Di tempat pengasingannya, Cut Nyak Dien berhasil mengambil hati banyak orang lantaran kepiawaiannya dalam menghafal Al-Qur'an.

16. Hingga akhir hayatnya, Cut Nyak Dien mengisi waktu dengan mengajarkan ilmu agama bagi masyarakat di sekitarnya.

17. Sampai akhir hayatnya bahkan hingga Indonesia merdeka, jati diri Cut Nyak Dien tidak diketahui oleh rakyat Sumedang.

18. Cut Nyak Dien wafat di Sumedang pada 6 November 1908, namun makamnya baru diketahui secara pasti pada tahun 1960 saat Pemda Aceh sengaja melakukan penelusuran.

19. Sebagai tanda penghormatan karena kepandaiannya dalam ilmu agama, Cut Nyak Dien pun disebut sebagai "Ibu Perbu (Ibu Ratu) dari Negeri Seberang" oleh rakyat Sumedang.