Kedai satu ini tak terlihat seperti toko penjual minuman kopi.
Di bagian depannya malah tertutupi oleh gerobak penjual Sekba dan Bektim alias sejenis makanan dari jerohan babi.
Nggak ada pendingin ruangan, apalagi sofa empuk dan wifi.
Cuma ada kursi kayu dan kipas angin berumur yang bergantung di bagian atas dinding.
Nggak ada barista, yang ada hanyalah bapak setengah baya yang bertugas membuat kopi.
Nggak ada rasa kopi kekinian seperti mocca, greentea.
Hanya ada dua pilihan yaitu hitam Arabika Lampung atau kopi susu bebas pakai es atau tanpa es.
Biji-biji yang sudah di-roast itu lantas diproses sendiri dengan mesin pemroses kopi tradisional yang sudah ada semenjak puluhan tahun lalu.
Cukup merogoh kocek Rp 10 ribu, kalau ditambah susu cukup menambah seceng alias Rp 1.000 saja.
Sajian segar es kopi ditemani dengan kudapan dan makanan berat yang lezat bisa kamu nikmati disini, guys.
Mulai dari pangsit kuah, pangsit goreng, nasi campur, bakso, hingga bakcang.
Untuk menu kwetiau pangsit dengan daging ayam dan kulit wajib banget kamu coba,.
Menu ini dibanderol Rp 30 ribu per porsinya.
Jika kamu terlanjur jatuh cinta dengan kopi populer ini kamu dapat membawanya pulang dalam bentuk bubuk loh.
Harga satu kilogram kopi racikan Es Kopi Tak Kei Rp 150 ribu dan kopi Tak Tak Rp 180 ribu saja.
Sayangnya, warkop ini buka jam 07.30 hingga 14.00 WIB.
Jadi, harus datang sebelum jam tersebut biar nggak kehabisan.
Hati-hati saat memilih ya, guys.
Ada beberapa makan yang tidak halal.