Breaking News:

Mata Lokal Travel

Masjid Ki Marogan Kertapati Palembang Sumatera Selatan: Jejak Sejarah yang Masih Hidup

Masjid Ki Marogan di Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan menyimpan sejarah Islam abad ke-18 dengan arsitektur megah yang masih lestari hingga kini.

Tribun Sumsel
Bagian dalam Masjid Ki Muara Ogan atau yang dikenal dengan nama Masjid Ki Marogan, Palembang, Sumatera Selatan 

TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Palembang tidak hanya dikenal dengan Sungai Musi dan kuliner pempeknya. 

Palembang juga menyimpan sejarah panjang dalam perkembangan Islam di Sumatera Selatan. 

Baca juga: Wisata Gratis di Jantung Kota Palembang di Ilir Timur I, Palembang, Sumatera Selatan

Masjid Ki Marogan yang terletak di pertemuan antara sungai Musi dan sungai Ogan, dari segi arsitektur bangunan masjid ini sama dengan masjid Agung Palembang, Sumatera Selatan.
Masjid Ki Marogan yang terletak di pertemuan antara sungai Musi dan sungai Ogan, dari segi arsitektur bangunan masjid ini sama dengan masjid Agung Palembang, Sumatera Selatan. (Tribunsumseltravel.com/Melisa Wulandari)

Baca juga: Itinerary Palembang 3 Hari 2 Malam Bujet Rp 1,5 Jutaan, Bisa Mampir ke Pulau Kemaro

Satu bukti nyata adalah keberadaan Masjid Ki Marogan, masjid tua yang berdiri sejak abad ke-18 dan menjadi pusat penyebaran Islam di tepian Sungai Musi.

Lokasi Masjid Ki Marogan berada di Jalan Ki Marogan, Kelurahan I Ulu, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Baca juga: Itinerary 1 Day Trip Palembang, Start dari Indralaya Budget Rp 845 Ribu untuk 3 Orang

Baca juga: 4 Tempat Wisata Gratis di Palembang yang Bisa Dijelajahi dengan Jalan Kaki

Masjid Ki Marogan atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Muara Ogan, didirikan pada tahun 1310 Hijriah atau 1871 Masehi oleh ulama besar Palembang, Ki Masagus Haji Abdul Hamid bin Mahmud. 

Sosok ulama ini lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Kiai Marogan. 

Beliau merupakan seorang saudagar kaya, pengusaha kayu bakar yang berhasil memanfaatkan hartanya untuk perjuangan dan penyebaran agama Islam.

Latar Belakang Pembangunan Masjid

Pendirian masjid ini tidak terlepas dari peran besar Kiai Marogan dalam mengembangkan dakwah Islam di Palembang

Dengan kekayaan yang dimiliki, ia membangun sebuah masjid megah di pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan. 

2 dari 4 halaman

Lokasi ini dipilih karena letaknya yang strategis dan menjadi jalur penting perdagangan pada masa itu. 

Dari segi arsitektur, masjid ini memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Palembang yang juga sarat dengan perpaduan budaya lokal dan pengaruh luar.

Nama Masjid Ki Marogan sendiri berasal dari sebutan masyarakat terhadap Kiai Marogan. 

Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Jami’ Kiai Haji Abdul Hamid bin Mahmud. 

Namun, karena lokasinya berada di tepi Sungai Ogan, lama-kelamaan masjid ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Muara Ogan. 

Seiring berjalannya waktu, penyebutan itu berubah menjadi Marogan atau Merogan hingga kini populer sebagai Masjid Ki Marogan.

Baca juga: Itinerary Liburan ke Bandar Lampung 3 Hari 2 Malam dari Palembang, Bujet Rp 1 Juta untuk Akhir Pekan

Peran Masjid dalam Dakwah dan Pendidikan Islam

Pada masa awal berdiri, masjid ini tidak hanya digunakan untuk salat, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran agama.

Kiai Marogan mendidik banyak murid di sini, salah satunya adalah Kiai Kemas Haji Abdurrahman Delamat atau yang dikenal sebagai Kiai Delamat. 

Muridnya ini kemudian mendirikan Masjid Al Mahmudiyah di kawasan 32 Ilir Palembang.

3 dari 4 halaman

Seiring bertambahnya jamaah, fungsi masjid ditingkatkan menjadi masjid jami’ yang digunakan untuk salat Jumat. 

Meski catatan resmi mengenai waktu penetapan ini masih simpang siur, banyak yang meyakini salat Jumat sudah dilakukan tidak lama setelah masjid selesai dibangun.

Pada 23 April 1893 atau 6 Syawal 1310 Hijriah, Kiai Marogan mewakafkan masjid ini bersama dengan Masjid Lawang Kidul 5 Ilir Palembang

Dengan wakaf tersebut, masjid semakin berkembang dan diakui secara resmi sebagai pusat ibadah umat Islam di Palembang.

Arsitektur Masjid Ki Marogan

Secara arsitektur, masjid ini memiliki ukuran awal 18 x 19 meter dengan empat saka guru berbentuk persegi delapan yang berfungsi sebagai tiang utama. 

Tingginya mencapai lima meter, dikelilingi 12 tiang penunjang dengan ukuran 0,25 x 0,25 meter dan tinggi 4,2 meter. 

Semua tiang ini terbuat dari kayu unglen yang terkenal kuat dan tahan lama.

Bangunan masjid juga memperlihatkan ciri khas perpaduan budaya. 

Atap, rangka bangunan, langit-langit, dan mimbar masih menampakkan keaslian sejak pertama kali didirikan. 

4 dari 4 halaman

Unsur-unsur tradisional Palembang berpadu dengan pengaruh arsitektur luar yang membuat masjid ini memiliki nilai estetika sekaligus historis tinggi.

Makam Kiai Marogan dan Ziarah

Kiai Marogan wafat pada 31 Oktober 1901. 

Beliau dimakamkan di samping masjid yang didirikannya. 

Hingga kini, makamnya dianggap keramat dan sering menjadi tujuan ziarah masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. 

Bahkan, peziarah dari mancanegara seperti Malaysia dan Singapura juga kerap datang untuk mendoakan sekaligus mengenang jasa ulama besar ini.

Pada hari-hari besar Islam, kawasan masjid selalu dipenuhi jamaah dan peziarah. 

Tradisi ini menjadikan Masjid Ki Marogan tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat spiritual dan budaya yang memperkuat identitas masyarakat Palembang.

Warisan Sejarah dan Budaya Palembang

Keberadaan Masjid Ki Marogan hingga saat ini menjadi bukti nyata betapa kuatnya peran ulama dalam membangun peradaban Islam di Palembang

Dengan usia lebih dari satu abad, masjid ini tetap berdiri kokoh meski beberapa bagian telah mengalami renovasi dan perluasan. 

Namun, nilai sejarah dan keasliannya masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.

Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme. 

Sosok Kiai Marogan dikenal sebagai ulama yang gigih memperjuangkan Islam sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat melalui perdagangan. 

Warisan perjuangan itu tetap terasa hingga sekarang melalui masjid yang menjadi pusat dakwah dan pendidikan agama.

TribunTravel

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Sumatera SelatanPalembangKertapatiMasjid Ki MaroganMataLokalTravel Rumah Limas Kue Bluder Claudia Scheunemann
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved