Breaking News:

Mata Lokal Travel

Mengenal Masjid Agung An Nur, Salah Satu Masjid Termegah di Pekanbaru Kota, Pekanbaru , Riau

Masjid Agung An Nur Pekanbaru merupakan salah satu masjid termegah di Riau dan bisa menjadi tempat wisata religi pilhan untuk berlibur.

|
smarttourism.pekanbaru.go.id
WISATA RELIGI RIAU - Masjid Agung An-Nur Pekanbaru yang merupakan salah satu masjid termegah di Riau, Selasa (30/9/2025). 

TRIBUNTRAVEL.COM - Masjid Raya An Nur Provinsi Riau atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Masjid Agung An Nur Pekanbaru berlokasi di Jalan Hang Tuah, Kelurahan Sumahilang Kecamatan Pekanbaru Kota, Pekanbaru Provinsi Riau.

Masjid Agung An Nur ini salah satu masjid megah yang ada di Kota Pekanbaru . Tidak hanya digunakan untuk beribadah, Masjid Agung An Nur juga menjadi lokasi untuk wisata religi.

Baca juga: Itinerary Magelang 1 Hari: Bujet Rp 470 Ribu Berdua, Sunrise Punthuk Setumbu & Candi Borobudur

Masjid Agung An Nur Provinsi Riau.
Masjid Agung An Nur Provinsi Riau. (tribunpekanbarutravel.com/Theo Rizky)

Baca juga: Air Terjun Neraja, Permata Tersembunyi di Jemaja Timur Anambas Riau

Sehingga tidak jarang kita temukan jamaah dari luar Kota yang datang ke Masjid Agung An Nur ini untuk beribadah sekaligus berwisata religi

Kemegahan Masjid Agung An Nur ini memang cukup unik, arsitekturnya mirip bangunan Taj Mahal di India yang menjadi salah satu dari 7 ke ajaiban dunia.

Sehingga tidak jarang ada pula yang menyebut Majid Agung An Nur ini dengan nama Taj Mahal nya Riau atau Taj Mahal nya Pekanbaru.

Baca juga: Wahana Edukasi & Hiburan Anak di Sanggaluri Park, Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah

Baca juga: 5 Wisata Alam Hits di Pangalengan Bandung Jawa Barat, Hamparan Kebun Teh hingga Hutan Pinus

Masjid Agung An Nur yang berdiri di lahan seluas kurang lebih 12,6 hektare ini sangat sejuk dipandang. Warnanya yang dominasi berwarna hijau seakan menyatu dengan alam yang ada disekitar.

Ya, kawasan Masjid Agung An Nur ini memang cukup rindang dengan berbagai tanaman hijau dibagian halamannya yang luas.

Pohon Kurma

Tanaman yan terdapat di Halaman Masjid Agung An Nur Pekanbaru ini tidak saja jenis pepohonan dan berbagai macam bunga.

Namun, pohon kurma yang merupakan pohon yang tumbuh di negara Arab juga tumbuh di Halaman Masjid Agung An Nur ini.

2 dari 4 halaman

Beberapa waktu lalu pemanenan kurma perdana dilakukan oleh Ustadz Abdul Somad dan Gubernur Riau, Syamsuar dan dihadiri oleh ratusan jamaah Masjid Agung An Nur juli 2018 lalu.

Kala itu ada empat tanda kurma yang dipanen dari satu pohon. Pohon kurma di Halaman Masjid Agung An Nur ini ada 56 pohon terdiri dari jenis barhee, ajwa, khalas, shishi nabu saif, sukarry ultana, lulu, L1 dan deglet nour.

Pohon kurma yang ada di Halaman Masjid Agung An Nur ini dirawat dan menjadi kebun riset oleh Indonesia Date Palm Association (IDPA) Korda Riau.

Pohon-pohon kurma tersebut ditanami sejak 2016 lalu.

Kedepanya berkemungkinan pohon-pohon kurma ini masih akan ditambah di Halaman Sekitar Masjid Agung An Nur .

"Kalau kita lihat masih banyak lahan kosong yang bisa kita tanami, paling tidak hingga 200 batang masi bisa," jelas Koordinator Lapangan IDPA, Sugeng Khairudin.

Tentu saja pohon kurma yang berbuah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang sedang berkunjung ke komplek Masjid Raya An Nur Provinsi Riau ini.

Lambangkan Nuansa Melayu

Kembali ke bangunan Masjid Agung An Nur , masjid ini juga menyuguhkan konsep melayu.

Warna hijau yang mendominasi juga salah salah satu warna penting dalam budaya melayu karena warna melayu bisanya identik dengan warna hijau, kuning dan merah.

3 dari 4 halaman

Masjid ini memiliki dua lantai, pada lantai atas sebagai ruangan utama yang digunakan untuk ibadah salat dan berbagai ibadah lainya.

Sedangkan pada lantai bawah terdapat banyak ruangan. Ada ruangan aula serba guna yang biasanya digunakan untuk pertemuan atau pengajian.

Kemudian ada ruangan untuk pengurus Masji dan berbagai ruangan lainya yang digunakan untuk TK, SD,SMP dan SMA.

Untuk masuk ke Masjid ini anda tidak perlu bingung, ada tiga buah tangga yang disiapkan.

Satu tangga pada bagian depan dan dua tangga masing-masing pada sisi kanan dan kiri Masjid.

Tangga pada bagian depan masjid terdapat tangga manual yang diapit oleh tangga elektrik atau eskalator.

Sebelum anda menaiki tangga depan ini anda akan disambut oleh beranda masjid atau serambi yang juga mengusung konsep rumah tradisional melayu.

"Jadi ini seperti beranda atau seraso kalau kita bilang. Ini letaknya dibagian depan bangunan induk, ini bisanya selain untuk menerima tamu juga sebagai mencerminkan keramah tamahan tuan rumah yang biasanya disambut pada bagian tangga depan rumah. Tentu kalau di Masjid kita ini melambangkan keramah tamahan dalam menyambut masyarakat atau jamaah yang akan beribadah," papar Pengurus Badan Pengelola Masjid Raya An Nur Provinsi Riau, Rudi Hartono.

Kemudian untuk toilet dan tempat berwudhu juga berada dilantai bawah, tepatnya juga da di sisi sebelah kiri dan kanan masjid.

Jika anda masuk ke lantai atas Masjid Raya An Nur Provinsi Riau ini akan disuguhkan dengan pemandangan yang sangat sejuk, keindahan kaligrafi yang ditulis oleh kaligrafer ternama tanah air menambah keindahan ruangan ini.

4 dari 4 halaman

Kemudian anda juga dapat melihat 40 tiang yang berjejer yang membuat Masjid Raya Provinsi Riau ini terlihat begitu kokoh.

Tiang pun terlihat indah dibalut dengan batu marmar berwarna hijau dan salud warna kuning keemasan.

Ya, jika melihat sejarah pembangunannya, 40 tiang berdiri kokoh ini mengadopsi tiang masjid Universitas Gaja Mada Yogyakarta.

Setelah melihat kekohan tiang yang dibalut oleh marmar anda juga bisa menyaksikan mihrab masjid.

Mihrab ini mengambil referensi Masjid Nabawi di Madinah yang dikombinasikan dengan Masjid Syah Alam Selango, Malaysia.

"Di lantai atas ini juga ada ruang kontrol sound system, tempat wudhu, kamar mandi atau toilet, ruang lift. Luas total untuk lantai atas ini 2.592 m2," jelas pria yang menjabat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Badan Pengelola Masjid Raya An Nur Provinsi Riau ini.

Baca juga: Jelajah Desa Wisata Jetis, Saptosari Gunungkidul Jogja dengan Paket Jip Tour Telo Wangi

Lima Kubah Melambangkan Rukun Islam

Sebagai umat muslim tentu saja kita harus mengetahui 5 rukun Islam. Dimana rukun silam merupakan sebuah kewajiban yang harus dikerjakan sebagai pondasi wajib bagi orang beriman.

Nah, lima buah kubah yang terdapat pada Masjid An Nur ini pun memiliki filosofi dan melambangkan lima rukun Islam.

Terdiri dari 1 kubah besar dan 4 kubah kecil. "Selain itu juga menggambarkan shalat 5 waktu yang merupakan tiang agama Islam yang menjadi sentra amal ibadah umat Silam," jelas Rudi Hartono.

Kemudian pada bagian atap sekitar kubah besar yang dinaikan juga memiliki makna melambangkan bahwa untuk melaksanakan ajaran Islam haruslah secara kaffah.

Kemudian bentuk 5 kubah warna hijau yang berbentuk gasing terbalik juga tidak jauh dengan kehidupan dan budaya masyarakat melayu.

Warna hijau juga mengingatkan kita pada kubah Masjid Nabawi di Madinah.

"Bedanya kalau kubah ini kubah khas melayu seperti gasing terbalik dan gasing juga merupakan mainan tradisional khas melayu. Kemudian warnan hijau juga warna salah satu ada melayu Riau. Warna adat melayukan identiknya kan tiga warna ada hijau, kuning dan merah," paparnya.

Empat Menara Bermakna Sahabat Rasulullah

Selain kubah terdapat pula 4 buah menara yang masing-masing memiliki tinggi 47 meter.

Menara ini dibangun di empat penjuru sudut masjid dan empat menara ini melambangkan empat sahabat Rasulullah yang mengawal perjuangan pengembangan Islam di muka bumi ini.

Ya, anda pasti sudah taukan ke empat sabat Rasullullah yang populer karena keempatnya menjadi khalifah yang memiliki gelar Khulafaur Rasyidin yakni, Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Ke empat sahabat ini berhasil mengatarkan dan mempertahankan Islam sesuai dengan tuntunan dan ajaran Nabi Muhammad serta membawa agama Islam semakin dikenal di penjuru dunia.

Pembangunan menara Masjid Raya An Nur Provinsi Riau ini mengambil referensi menara Masjid Nabawi yang dikombinasikan dengan Masjid Haram dengan diberi kubah kecil dengan bentuk gasing terbalik serupa halnya dengan bentuk kubah.

Selanjutnya, kita bahas bagian relung jendela dan salud tiang luar masjid.

"Nah, kalau relung jendela dan tiang luar ini juga sama mengambil referensi dari Masjid Nabawi kalau salud tiang luar mengambil referensi Masjid Haram di Mekah," jelasnya.

Sejarah Singkat Masjid Raya An Nur Provinsi Riau

Bangunan campuran arsitektur Melayu, Turki, Arab dan India ini memang menjadi salah satu ikon unik dan menarik yang menjadi kebanggaan masyarakat Islam di Riau.

Masjid Agung An Nur ini memiliki sejarang panjang seiring dengan perkembangan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau .

Pembangunan Masjid An Nur ini lekat sekali dengan ditetapkannya Kota Pekanbaru sebagai Ibu Kota Provinsi Riau pada tahun 1958 lalu.

Sebelumnya, Kota Tanjung Piang adalah ibu kota Provinsi Riau sementara.

Kemudian Masjid Agung An Nur Pekanbaru mulai dibangun pada tahun 1962 dan rampung tahun 1968 dibawah pimpinan Gubenru Riau ke-2 yakni, Kharudin Nasution.

"Ketika itu dibawah kepemimpinan Gubernur Kharudin Nasution dalam rangka melengkapi infrastruktur perkotaan dan salah satunya pembangunan Masjid ini yang dulunnya diberi nama Masjid Agung An Nur Pekanbaru dan sekarang ini namanya Masjid Raya An Nur Provinsi Riau," jelas Rudi lagi.

Lebih lanjut dipaparkan Rudi, sehingga wajar jika Masjid ini dibangun dengan fasilitas umum lainya seperti pusat perkantoran, rumah sakit , perumahan karyawan, stadion olahraga, sekolah dan pasar.

"Kalau kita lihatkan tidak jauh dari Pasar Sukarami dari kantor Gubernur dengan RSUD Arifin Ahmad dengan SMP dan SMA dan sekarang berdampingan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Riau serta dulunya berdampingan dengan Stadion olahraga Hangtuah," paparnya.

Kemudian peresmian pemakaianya pada tanggal 27 Rajab 1388 Hijriah atau 19 Oktober 1968 oleh Gubernur Arifin Achmad.

Kemudian seiring dengan perkembangan zaman saat usia bangunan masjid ini memasuki usia 30 tahun lebih, para pengurus Masjid mengsulkan kepada Gubenur Riau Saleh Djasit untuk dilakukan renovasi dan renovasi pun dimulai sekitar tahun 2002.

Dimana perumus renovasi kala itu melibatkan pengurus, tokoh agama, tokoh masyarakat, birokrat dan tokoh adat Riau.

Kemudian dari hasil pembahasan tersebut munculan 3 poin konsep renovasi yakni:

1. Bangunan induk yang dibangun dari wakaf banyak orang tidak boleh dihancurkan atau dihilangkan.
2. Bangunan induk dapat diperluas atau disambung bangunan baru.
3. kegiatan keagamaan yang blum tertampung dapat dibuatkan tempatnya disekeliling bangunan induk dan halaman Masjid.

"Dimasa inilah renovasi besar-besaran dilakukan dimulai, berbagai fasilitas yang dulu banyak dirombak misalnya menara lama dibangun fasilitas lain seperti TK, SD dan fasilitas lain," papar Rudi.

Kemudian proses renovasi yang dimulai tahun 2002 pun selesai dilakukan diera Gubernur Riau H.M Rusli Zainal tahun 2006 dan diresmikan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Rajab 1428 Hijriah atau 11 Agustus 2007 bertepatan dengan ulang tahun emas Provinsi Riau ke-50.

Mulanya luas kompleks Masjid Agung An Nur ini hanya 4 hektare dan kini menjadi lebih luas sekitar 11,25 hektare dengan berbagai fasilitas yang memadai dan kawasan yang hijau dan sangat nyaman bagi para jamaah atau pengunjung dengan parkir yang cukup luas pula.

Disore hari halaman Masjid Agung An Nur juga kerap menjadi tempat masyarakat untuk berolahraga joging.

Tidak hanya itu, berbagai kegiatan juga sering diselenggarakan di luar Masjid ini seperti pelaksanaan pameran, bazar dan berbagai kegiatan lain.

Masjid Raya An Nur Provinsi Riau ini kini ramai dukunjungi masyarakat dari berbagai daerah bahkan mancanegara dalam melaksanakan ibadah wajib dan sunnah ataupun wisata religi serta berbagai kegaiatan lain seperti, i'tikaf, tabligh akbar, pendidikan, majelis ilmu, seminar, rapat, pelatihan dan berbagai lainnya.

Mualaf Center

Di Masjid Raya An Nur Provinsi Riau juga terdapat Mualaf Center. Ini merupakan tempat atau wadah bagi masyarakat yang baru masuk Islam.

Rudi Hartono menjelaskan bahwa orang-orang yang telah diislamakan melalui Mualaf Center ini tidak sebatas berhenti hanya pada prosesi pemasukan Islam atau membacakan dua kalimah syahadat. Namun, juga akan ada pembinaan lebih lanjut.

"Jadi diberikan bimbingan dan pembinaan dalam berbagai hal terkait dengan pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan. Termasuk dalam hal kaidah, pembinaan ekonomi juga dan pembinaan lainya," jelas Rudi.

Lebih jauh disampaikan Rudi, Mualaf Center juga dibentuk seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat dari agama lain yang masuk atau ingin memeluk agama Islam. Bahkan menurutnya dalam satu tahun saja tidak kurang dari 100 orang yang ingin memeluk ajaran Islam.

"dalam satu tahun mualaf ada sekitar 100 orang melalui Mualaf Center ini," pungkasnya.

(TribunTravel.com)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
PekanbaruRiauPekanbaru KotaMataLokalTravel Monumen Lokomotif
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved