Breaking News:

Mata Lokal Travel

6 Tempat Wisata Sejarah di Pekanbaru, Lokasinya Mudah Diakses

Rekomendasi tempat wisata sejarah di Pekanbaru yang patut dikunjungi termasuk Museum Daerah Sang Nila Utama hingga Rumah Singgah Tuan Kadi.

tribunpekanbarutravel.com/Theo Rizky
WISATA SEJARAH PEKANBARU - Rumah Singgah Tuan Kadi merupakan salah satu objek wisata sejarah yang berada di Jalan Perdagangan, Senapelan Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (26/9/2025). 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sebagai ibukota sekaligus kota terbesar di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru memiliki banyak destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi.

Misalnya, beberapa tempat bersejarah dengan nilai historis tinggi serta kisah yang menarik di masa lampau.

Baca juga: Itinerary Kuliner di Bandung Sehari Penuh, Siapkan Bujet Rp 395 Ribuan Include Oleh-oleh

Batu siput seberat 1 ton di Museum Daerah Sang Nila Utama.
Batu siput seberat 1 ton di Museum Daerah Sang Nila Utama. (Tribun Pekanbaru/Vina Dwinita)

Baca juga: Itinerary Kuta 1 Hari Bujet Rp 420 Ribu Berdua, Berangkat Naik Motor dari Bangli

Lokasi-lokasi tersebut menjadi saksi bisu atas sejarah dan peristiwa yang terjadi saat itu

Tentu saja para wisatawan juga bisa belajar banyak hal di tempat-tempat tersebut.

Baca juga: Air Terjun Gunung Hiu Bunguran Timur Laut Natuna Riau, Oase Sejuk untuk Liburan Keluarga

Baca juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Solo: Estetik, Sarat Nilai Seni, dan Budaya

Berikut 6 objek wisata sejarah di Pekanbaru yang dirangkum Tribunpekanbarutravel.com, menariknya lagi, seluruh destinasi wisata sejarah tersebut bisa dengan gampang diakses kendaraan

1. Museum Daerah Sang Nila Utama

Di Pekanbaru terdapat museum yang memiliki ribuan koleksi benda-benda sejarah, yaitu Museum Daerah Sang Nila Utama yang berada di Jalan Jenderal Sudirman nomor 194 Pekanbaru.

Museum ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Juli 1994.

Salah satu yang menjadi dasar berdirinya museum daerah Riau ini adalah banyaknya benda-benda bercorak budaya maupun benda yang menjadi sumber daya alam yang patut dilestarikan.

Dikatakan Staff Bimbingan Edukasi Museum Sang Nila Utama Raja Gustirina beberapa waktu lalu, koleksi di museum ini ada lebih dari 1500 koleksi.

Museum Daerah Sang Nila Utama, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi.
Museum Daerah Sang Nila Utama, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi. (Harditaher, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)
2 dari 4 halaman

Berbagai koleksi ini diklasifikasi menjadi sepuluh jenis, yatu Geologika/geografika, Biologika, Etnografika, Arkeologi, Historika, Numismatika dan Heraldika, Fisiologika, Keramologika, Senirupa dan Teknologi/modern.

 “Yang menjadi masterpiece atau koleksi yang paling menjadi andalan adalah batu siput yang memiliki berat 1 ton, ditemukan di Koto Kampar,” ujar Rina.

Di museum ini juga terdapat berbagai miniatur, seperti miniatur rumah melayu dengan bentuk Dapur Bubung Panjang yang disebut Gajah Menyusu.

Kemudian ada miniatur Candi Muara Takus , Istana Siak , Mesjid Raya Pulau Penyengat, Istana Pulau penyengat dan lain-lain.

Selain itu juga koleksi pertambangan minyak bumi Chevron, karena Provinsi Riau adalah salah satu provinsi yang menghasilkan minyak bumi terbesar di Indonesia .

2. Masjid Raya Pekanbaru

Masjid Raya Senapelan atau Masjid Raya Pekanbaru merupakan salah satu masjid tertua di Kota Pekanbaru , tempat ibadah umat Islam ini merupakan sisa peninggalan Kesultanan Siak di Pekanbaru.

Masjid tersebut terletak di Jalan Masjid Raya, Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru

Masjid ini mulanya dibangun pada tahun 1762. Pada awal dibangun, masjid ini berukuran kecil dan terbuat dari kayu.

Setelah dilakukan revitalias besar-besaran, bangunan masjid menjadi lebih besar dan megah.

Pekerja tengah mengecat tulisan kaligrafi pada pintu gerbang Masjid Raya Pekanbaru, Minggu (13/9/2020).
Pekerja tengah mengecat tulisan kaligrafi pada pintu gerbang Masjid Raya Pekanbaru, Minggu (13/9/2020). (tribunpekanbarutravel.com/Theo Rizky)
3 dari 4 halaman

Rumah ibadah yang dulunya penuh dengan untaian sejarah berdirinya Kota Pekanbaru ini telah berubah bentuk. 

Meski demikian kawasan ini tetap dipadati oleh pengunjung yang ingin beribadah atau berwisata religi.

Saat ini, anda bisa melihatnya sebagai sebuah masjid megah didominasi warna kuning khas Melayu dan berkubah besar. Setelah direnovasi, ukuran masjid saat ini mencapai 60 x 80 meter.

Selain menjadi masjid tertua di Kota Pekanbaru dan penuh dengan sejarah, Masjid Raya di Senapelan juga masjid yang unik.

Sebab, di dalam bangunan masjid yang didirikan pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura tersebut  terdapat enam menara.

Berwarna putih kombinasi hijau dan kuning emas, sekilas keenam menara tersebut tampak seperti tiang penyangga bangunan.

Namun, menara-menara tersebut menjulang selayaknya menara yang dibangun di luar bangunan seperti pada masjid pada umumnya.

Keenam menara yang berada di dalam bangunan masjid sebenarnya adalah tiang asli dari bangunan lama Masjid Raya Pekanbaru.

Pasca direvitalisasi pada 2009 lalu, sebagian besar kontruksi asli masjid dirubuhkan.

Selain tiang, bangunan masjid yang masih dipertahankan yaitu pintu gerbang.

4 dari 4 halaman

Namun, tiang-tiang asli masjid peninggalan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah di abad ke-18 sebenarnya ada 26 tiang yang dipertahankan pada saat dilakukan revitalisasi saat itu, untuk mempertahankan untaian sejarahnya.

Sedangkan 6 tiang yang saat ini berupa menara, sebelum direvitalisasi merupakan tiang penyangga tengah masjid atau soko guru bangunan.

Agar tampak indah, keenam tiang tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi menara, lengkap dengan kubahnya.

3. Rumah Singgah Tuan Kadi

Rumah Singgah Tuan Kadi dengan latar Jembatan Siak III di daerah Wisata Kampung Bandar, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Rumah Singgah Tuan Kadi dengan latar Jembatan Siak III di daerah Wisata Kampung Bandar, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. (Istimewa/Tribun Pekanbaru)

Satu objek wisata sejarah di Kota Pekanbaru yang patut dikunjungi pelancong adalah Rumah Singgah Tuan Kadi di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kampung Bandar, Senapelan.

Situs peninggalan bersejarah ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Balai Pelestraian Cagar Budaya .

Rumah Singgah Tuan Kadi yang berbentuk rumah panggung berarsitek Melayu ini dibangun oleh H Nurdin Putih  yaitu mertua Tuan Qadhi H Zakaria sekitar tahun 1895.

Rumah ini terletak di tepi Sungai Siak , tak jauh di bawah Jembatan Siak III.

Rumah panggung kayu berbentuk limas ini berfungsi sebagai rumah singgah bagi Sultan Siak Sri Indrapura apabila berkunjung ke Senapelan (Pekanbaru)

Baca juga: Kebun Raya Indrokilo, Wisata Alam & Budaya di Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah

Di tempat inilah Sultan Siak beserta pengiringnya beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya.

Bangunan ini merupakan rumah adat tradisional melayu yang masih dapat dilihat di Kota Pekanbaru.

Secara umum bangunan Rumah Singgah Tuan Kadi berbahan jenis kayu, kecuali bagian tangga yang terbuat dari bata dan bagian kaki atau tonggak yang terbuat dari beton.

Pada tiang tangga tertera sebuah inskripsi "23:7" di kepala tangga sebelah kiri dan "1928" di kepala tangga sebelah kanan yang menunjukkan waktu pembangunan tangga batu rumah panggung kayu tersebut, yaitu "23:7 1928" atau "23 Juli 1928"

Model bangunan rumah dihiasi dengan warna yang khas yaitu krem, kuning keemasan, serta biru dan masih dipertahankan seperti aslinya.

Di dalam Rumah Singgah Tuan Kadi dapat ditemui sejumlah foto-foto pekanbaru tempo dulu dan foto sosok Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12 yaitu Sultan Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin atau lebih dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II

Keberadaan Rumah Tuan Qadhi H Zakaria tidak lepas dari sejarah panjang Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Dalam perkembangannya, wilayah Senapelan pernah menjadi Ibu Kota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini terjadi pada masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sekitar tahun 1775.

Ketika itu Senapelan berada di kawasan yang cukup strategis dalam lalu lintas perdagangan, ditunjang juga dengan kondisi Sungai Siak yang tenang.

Dan dengan segala macam pertimbangan ekonomi dan politik yang berkembang di wilayah Riau pada saat itu, ia memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke Senapelan.

Kini, Senapelan telah menjadi Kota Pekanbaru dengan bermacam deretan arsitektur modern dan bangunan yang megah.

Namun kawasan ini masih meninggalkan jejak-jejak sejarah melayu masa lalu yang masih bertahan, seperti Rumah Tuan Kadi yang saat ini dijaga keberadaannya.

Saat ini, rumah Singgah Sultan Siak tersebut menjadi objek wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan.

4. Cagar Budaya Prasasti Pengibaran Merah Putih Pertama di Pekanbaru

Cagar Budaya Pengibaran Merah Putih Pertama, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi.
Cagar Budaya Pengibaran Merah Putih Pertama, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi. (Tribun Pekanbaru)

Sebongkah batu yang berada di area Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tunjuk Ajar Integritas , Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru menjadi tanda lokasi sekaligus saksi bisu pengibaran sang merah putih untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru .

Bendera merah putih baru berkibar di Pekanbaru pada 15 September 1945 sekitar pukul 14.00 WIB .

Bendera akhirnya bisa dikibarkan di atas atap Kantor Pos, Telegraf dan Telepon (PTT) di Pekanbaru

Pengibaran bendera ini dilakukan oleh angkatan muda PTT Pekanbaru. Proses pengibaran bendera tersebut hampir satu bulan proklamasi dibacakan oleh sang proklamator, Soekarno pada 17 Agustus 1945.

Hal ini karena berita kemerdekaan Indonesia masih diterima dengan keraguan.

Apalagi kabar kekalahan bala tentara jepang di perang dunia baru tersiar di Provinsi Riau pada akhir bulan Agustus 1945.

Selang beberapa pekan setelah Jepang akhirnya menyerah dari sekutu pada Perang Dunia II pada 16 Agustus 1945.

Mereka yang tergabung dalam Angkatan Muda PTT Pekanbaru buat keputusan bulat mengibarkan bendera merah putih di Gedung PTT Pekanbaru.

Para anggota muda PTT mengundang seluruh jawatan untuk hadir pada 16 September 1945. Mereka bersiap satu hari sebelumnya.

Mereka sudah memasang bendera di gedung PTT Pekanbaru dengan selubung. Saat upacara berlangsung mereka membuka selubung bendera di atas gedung PTT.

Pengibaran bendera dengan iringan lagu Indonesia Raya. Bendera pun dikibarkan dalam upacara resmi dan sederhana.

Saat itu upacara dipimpin oleh telegrafis di PTT Pekanbaru, Basrul Jamal.

Bendera yang dikibarkan dijahit oleh wanita bernama Zalidar, saudara perempuan Basrul Jamal.

Kain merah dan putih diperoleh dari sana-sini

5. Tugu Titik Nol Kilometer di Pekanbaru

Tugu Titik Nol Kilometer, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi.
Tugu Titik Nol Kilometer, satu tempat wisata sejarah di Pekanbaru Riau yang wajib kamu jelajahi. (tribunpekanbarutravel.com/Theo Rizky)

Titik nol kilometer di suatu daerah biasanya ditandai dengan adanya tugu.

Begitu juga di Kota Pekanbaru . Tugu titik nol kilometer di Pekanbaru bisa ditemui di kawasan Pelindo I dekat Pasar Bawah atau di tepi Sungai Siak

Penanda titik nol kilometer tersebut dibuat sekitar 100 tahun yang lalu oleh kolonial Belanda.

 Tugu tersebut merupakan saksi sejarah bahwa Belanda pernah menjajah di Pekanbaru.

Tugu tersebut terletak di sebelah kiri pintu masuk pelabuhan Pelindo.

Tugu ini bisa dijadikan sebagai lokasi selfie untuk mengingat sejarah kota.

Selain itu, juga dekat dengan gudang Pelindo yang juga saksi sejarah perdagangan di Pekanbaru di masa lalu.

Tugu itu menjadi titik pemandu yang menjadi patokan penentuan jarak antara Kota Pekanbaru dengan kota lain, seperti Padang 313 Km dan Bangkinang 65 Km .

Tugu titik nol kilometer adalah bukti kesejarahan Senapelan yang pernah menjadi pusat perekonomian pada awal abad 20 silam.

Terdaftar sebagai cagar budaya (Inventarisasi BPCB Sumatera Barat) dengan nomor 08/BCB-TB/B/01/2014.

Tugu titik nol kilometer Pekanbaru ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1920.

 Jalan penghubung ini menjadi urat nadi perdagangan antara pantai barat dan pantai timur Sumatera saat itu.

Barang-barang dari Pantai Barat Sumatera dibawa menuju pelabuhan lama (Pelindo) oleh kapal-kapal dagang dari Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), seminggu sekali berlayar dari Pekanbaru menuju Singapura atau Tumasik

Dari Singapura, barang-barang dari Sumatera dikirim ke berbagai negara.

Pembangunan jalan yang ditandai pembuatan patok ini, mengawali pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru .

Tugu tersebut kerap menjadi persinggahan bagi wisatawan yang ingin menikmati Kota Lama Pekanbaru.

6. Monumen Kereta Api

Lokomotif pada Monumen Kereta Api adalah saksi bisu dari sejarah kekejaman penjajahan Jepang. Apalagi di momumen itu terdapat relief yang  memperlihatkan para pekerja romusha.

Banyak yang meninggal dalam pembangunan rel kereta api dari Sijunjung-Pekanbaru sepanjang 220 km.

Momumen di komplek Taman Makam Pahlawan Kerja ini menjadi saksi kekejaman Jepang terhadap pekerja romusha dari tahun 1943 hingga 1945.

Gubernur Riau tahun 1978, R Soebrantas membuat monumen peringatan Pahlawan Kerja ini sebagai bentuk penghormatan kepada korban pembangunan rel kereta api.

Ada 22 makam yang ada di komplek monumen cagar budaya itu. Masyarakat masih bisa melihat monumen yang berada di Jalan Kaharuddin Nasution, Kota Pekanbaru .

(TribunTravel.com)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Pekanbarutempat wisataMataLokalTravel Monumen Lokomotif
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved