TRIBUNTRAVEL.COM - Puluhan anak muda Gen Z memadati ajang Pelarian ArtScape yang digelar di Krapela, kawasan Blok M, Jakarta Selatan, pada Minggu (2/8/2025).
Mereka datang untuk seru-seruan berkesenian sekaligus menemukan safe space bagi kesehatan mental mereka.
Baca juga: Itinerary Surabaya 3 Hari 2 Malam dari Jakarta, Bujet Hemat Rp 1,1 Juta Termasuk Kereta PP & Hotel

Baca juga: OH!SOME Luncurkan Funfunland DIY Corner di Central Park Jakarta, Workshop Boneka Kreatif Unik
Pelarian ArtScape menjadi satu wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui seni dan berbagi pengalaman batin, sembari menggaungkan isu kesehatan mental ke publik.
Pelarian ArtScape merupakan rangkaian dari kampanye #Pelarian, sebuah movement kreatif yang lahir di masa pandemi dan kini berevolusi menjadi komunitas Pelarian Tribe.
Baca juga: Itinerary Denpasar 3 Hari 2 Malam dari Jakarta, Siapkan Bujet Rp 7,5 Juta untuk Berdua
Baca juga: 7 Hotel Bintang 3 Dekat Istana Negara Jakarta untuk Agustusan, Mulai Rp 194 Ribu per Malam
Gerakan ini bertujuan mengajak generasi muda peduli pada kesehatan mental dan menciptakan ruang aman untuk mengekspresikan emosi, rasa cemas, atau burnout yang sering dialami kaum urban.
Seni Jadi Terapi, Safe Space untuk Gen Z
Dalam ajang ini, para peserta diajak mengikuti workshop seni yang dipandu oleh seniman Elsa Diora.
Dari sapuan kuas hingga instalasi, kegiatan ini mengubah emosi, rasa sakit, dan pengalaman pribadi menjadi karya visual.
Elsa menyebut kegiatan ini sebagai “latihan empati terhadap kehidupan”.
“Lega sekali melihat antusiasme peserta. Artinya, mereka masih tertarik pada seni buatan tangan, bukan sekadar karya AI. Mereka juga sadar pentingnya kesehatan mental dan masih terhubung dengan perasaan mereka sendiri,” ujar Elsa.
Bagi Elsa, generasi muda yang mampu mengolah emosi melalui seni akan lebih siap menghadapi masa depan.
“Susah kalau nanti semua hanya mengandalkan rasionalitas tanpa diiringi empati. ArtScape ini jadi latihan kita untuk tetap peka terhadap kehidupan,” tambahnya.
Baca juga: Cara Naik MRT Jakarta dari Bundaran HI ke Lebak Bulus: Rute, Tarif, dan Tips Lengkap untuk Pemula
Lahir dari Pandemi, Bertransformasi Jadi Komunitas
Kampanye #Pelarian lahir di masa pandemi COVID-19, ketika isolasi sosial, ketidakpastian, dan tekanan psikologis dirasakan banyak orang, terutama Gen Z.
Melalui gerakan ini, Creative Tribe, sebuah perusahaan rintisan di bidang creative marketing, ingin menghadirkan ruang aman dan komunitas yang mendukung kesehatan mental.
“Gen Z tumbuh di tengah teknologi dan informasi yang cepat. Mereka sudah tidak menganggap isu kesehatan mental tabu. Justru mereka terbuka membicarakan kecemasan, depresi, atau burnout,” jelas Ajeng Campagnita, Senior Publicist dari Vox Populi Publicists, salah satu mitra kampanye Pelarian.
Kini, Pelarian Tribe tak hanya fokus pada aktivitas lari seperti di awal kemunculannya, tetapi memperluas format menjadi ekspresi seni.
Menurut Nadian Almatsier, Business Director Creative Tribe, langkah ini adalah bagian dari evolusi gerakan sosial berbasis empati.
“Pelarian Tribe mencerminkan misi kami untuk menciptakan ruang di mana orang merasa dilihat, didengar, dan didukung—bukan hanya sebagai konsumen, tapi sebagai manusia seutuhnya,” tegas Nadian.
Kolaborasi Komunitas dan Mitra Peduli Mental Health
Acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk HatiPlong, RAD Media, dan Vox Populi Publicists. CEO HatiPlong, Farah Djalal, menilai kehadiran platform seperti Pelarian ArtScape sangat penting dalam mendorong anak muda berani bicara tentang kesehatan mental.
“Seni membantu mengungkap hal-hal yang tak tersampaikan. Namun, untuk benar-benar memahami dan memprosesnya, berbicara dengan psikolog bisa jadi langkah berani menuju hati yang plong,” ujar Farah.
HatiPlong bahkan menghadirkan konsultasi singkat di lokasi acara untuk memberikan safe space bagi peserta yang ingin berbagi cerita dan mengambil langkah awal untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Pengalaman Personal Peserta
Bagi peserta, mengikuti Pelarian ArtScape menjadi pengalaman baru yang mendekatkan mereka pada diri sendiri.
Anastasia Sekar (23) mengaku awalnya ragu karena merasa tidak bisa menggambar.
Namun, setelah mencoba, ia merasa bebas menyalurkan isi pikirannya ke kanvas.
“Rasanya seperti latihan untuk kembali mendengarkan diri sendiri. Kegiatan ini jadi pengingat pentingnya merawat kesehatan mental,” ungkapnya.
Sementara itu, Ajua (15) menyebut pengalaman ini menyenangkan dan berbeda dari biasanya.
“Aku menyalurkan emosi yang santai sekaligus cemas. Ini cara yang bagus untuk menyebarkan awareness tentang mental health,” katanya.
Empati, Kreativitas, dan Kesehatan Mental
Bagi Creative Tribe, keberhasilan Pelarian ArtScape menunjukkan bahwa empati dan kreativitas bisa berjalan beriringan.
Dengan memahami audiens secara mendalam, kampanye ini bukan sekadar aktivitas seni, tapi gerakan sosial yang membangun kepedulian kolektif.
“Pelarian ArtScape jadi bukti bahwa seni bisa jadi jembatan untuk memulihkan diri. Kami berharap, safe space seperti ini semakin banyak hadir di kota-kota besar Indonesia,” tutup Iman Sadeqh, Strategic Planner Creative Tribe.
Dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta, Pelarian ArtScape bukan sekadar ajang seni biasa.
Ia telah menjadi ruang aman dan wadah untuk berbagi rasa, mengubah isolasi menjadi energi kolektif, serta menggaungkan pesan bahwa menjaga kesehatan mental adalah langkah berani yang harus dimulai dari diri sendiri.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.