TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Solo tak hanya dikenal sebagai pusat budaya Jawa yang kental, tetapi juga sebagai tempat lahirnya berbagai karya kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi.
Salah satu yang menarik perhatian wisatawan adalah kerajinan bertema aksara Jawa, yang dirancang dengan sentuhan modern namun tetap mempertahankan unsur tradisi.
Kerajinan aksara Jawa ini bukan hanya cantik secara visual, tetapi juga sarat makna filosofis yang mencerminkan identitas budaya leluhur.
Baca juga: Dari Hati untuk Warisan Negeri: Perjalanan Reni Suprihatin Jaga Batik Tulis Tresno Dharma
Tak heran jika banyak turis kagum saat melihat hasilnya secara langsung.
Beberapa pengrajin bahkan membuka ruang kreatif di Solo yang bisa dikunjungi wisatawan untuk melihat langsung proses pembuatannya.

Satu di antaranya yakni digarap oleh Kharisma Aiu dari Solo, Jawa Tengah dengan produk bernama 'Jawa Banget'.
Selain menjadi media edukasi budaya, produk-produk ini juga cocok dijadikan oleh-oleh khas Solo yang anti-mainstream.
Usaha ini bukan hanya tentang kreativitas dan keterampilan tangan, tapi juga misi budaya: menjaga eksistensi aksara Jawa dalam produk sehari-hari.
Baca juga: Tanam Pohon Kopi di Taman Simalem Resort Karo, Cara Seru Liburan Sekaligus Peduli Alam
Berawal dari Jahitan Kecil, Lahir Gagasan Besar
Jawa Banget resmi mulai aktif pada tahun 2019. Namun, perjalanan Kharisma sebagai perajin sudah dimulai jauh sebelum itu.
Awalnya, ia menjahit pakaian secara mandiri.
Namun pandemi Covid-19 yang melanda pada 2020 mengubah banyak hal, termasuk arah usahanya.
"Sebelumnya saya masih menjahit baju. Tapi karena waktu itu pasar sedang jelek banget, akhirnya kami beralih dulu ke produksi masker karena bahan kainnya masih sama," ujar Kharisma Aiu saat diwawancarai oleh Cenderaloka.
Dari situ, ide berkembang. Ia mengambil pelatihan desain fashion pada tahun 2020.
Bekal tersebut menjadi titik balik usaha kecilnya, kemudian produksi mulai difokuskan pada fashion dan kerajinan tangan (craft) sebagai turunan usaha untuk memanfaatkan sisa kain.
"Dari sisa-sisa kain itulah kami produksi kerajinan seperti goodie bag dan lainnya. Dan sejak itu kami mulai memproduksi produk-produk dengan ciri khas aksara Jawa," tambahnya.
Baca juga: Oleh-oleh Bunaken Ramah Kantong: Suvenir hingga Kaos 3 Item Rp 100 Ribu
Aksara Jawa sebagai Identitas Karya
Salah satu kekuatan Jawa Banget terletak pada keberanian dan konsistensi dalam mengusung aksara Jawa sebagai elemen visual utama.
Tidak semua pelaku industri kreatif berani menggunakan huruf-huruf kuno yang kini mulai dilupakan.
Namun bagi Kharisma, inilah pembeda dan kekuatan budaya yang layak diangkat.
"Produk-produk itu kami spesifikasikan dengan huruf aksara Jawa. Kami ingin agar nilai budaya ini tetap hidup, sekaligus tetap bisa diterima pasar," katanya.
Tak hanya huruf sembarangan, aksara yang dipakai pun memiliki makna dan konsep yang dalam.
Misalnya, ada produk yang menampilkan aksara dari kota Surakarta, dan ada pula tas dengan tulisan aksara lima weton: Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
"Jadi kita memang mau mengangkat budaya, khususnya di Solo. Aksara Jawa itu punya makna yang kuat, dan bisa divisualkan jadi produk kekinian," jelasnya.
Baca juga: Madu Al Ghozi, Oleh-oleh dari Bandar Lampung Mulai Rp 35 Ribu Aja

Menjaga Kualitas, Menjaga Makna
Dalam produksi Jawa Banget, Kharisma tidak sekadar menjadi pemilik usaha.
Ia juga bertindak langsung dalam proses desain dan pemotongan bahan.
Ini dilakukan demi menjaga nilai seni sekaligus kualitas produk.
"Untuk semuanya, saya sendiri yang desain dan potong kainnya. Walau menjahitnya dibantu, tapi kalau ada yang kurang bagus, tetap saya periksa ulang dan minta dijahit ulang," jelasnya dengan tegas.
Bagi Kharisma, kualitas bukan hanya soal kerapihan jahitan atau pemilihan bahan, tetapi juga bagaimana nilai budaya bisa tersampaikan melalui produk.
Produk yang dikerjakan asal-asalan justru bisa mengaburkan pesan budaya yang ingin disampaikan.
Baca juga: Oleh-oleh Murah di Air Terjun Jumog Karanganyar, Harga Mulai Rp 10 Ribu
Tradisi Bertemu Inovasi
Jawa Banget tak berhenti di motif aksara Jawa.
Kharisma juga mulai mengolah pewarna alami, menyesuaikan desain dengan selera pasar, dan membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk pengembangan produk.
Ia mengakui, upaya melestarikan budaya melalui produk kreatif tidak selalu mudah dan hasilnya tidak instan.
"Kalau ditanya apakah sudah berperan dalam pelestarian budaya, saya rasa masih kecil banget perannya. Bahkan saya merasa apalah saya ini. Tapi saya optimis karena saya masih punya banyak ide," ujarnya merendah.
Ia menambahkan bahwa ke depan ia ingin mengembangkan lebih banyak motif berdasarkan kebudayaan lokal, bahkan tidak hanya terbatas pada kota Solo.
"Mungkin bisa dari makanan, dari tradisi lain juga. Nanti kita kembangkan jadi motif-motif baru. Jadi, budayanya benar-benar hidup lewat produk," ujarnya penuh semangat.
Rencana Kolaborasi dan Representasi Daerah
Jawa Banget mulai mencuri perhatian hingga dipercaya mewakili Kota Solo dalam ajang Solo Krenova tingkat Jawa Tengah.
Jika lolos seleksi administrasi, Kharisma akan melakukan presentasi di Blora, Jawa Tengah.
"Jadi nanti saya akan mengenalkan inovasi ini, sebagai perwakilan Solo. Sekaligus memperkenalkan budaya lewat produk," katanya bangga.
Meski belum banyak melakukan kolaborasi dengan pihak luar, Kharisma membuka diri untuk kerja sama di masa depan.
Ia percaya bahwa sinergi bisa memperkuat misi budaya sekaligus memperluas pasar.
Pesan untuk Generasi Muda
Di tengah banyaknya tantangan dalam dunia usaha, Kharisma tetap ingin mendorong semangat generasi muda untuk tidak ragu terjun ke dunia UMKM, apalagi sebagai perajin.
"Kalau mau usaha itu, jangan patah semangat. Kadang kalau belum laku, atau merasa harganya kemahalan terus ditawar, jadi down. Tapi tanamkan saja value di produk kita, biar kita juga percaya diri," pesannya.
Ia mengakui, tantangan terbesar kadang datang dari dalam diri sendiri: rasa malu, tidak percaya diri, atau cepat menyerah.
Padahal menurutnya, semua pelaku UMKM punya peluang besar untuk berkembang—selama konsisten dan punya nilai unik.
Jawa Banget bukan sekadar nama. Ia adalah simbol dari keberanian untuk tetap setia pada akar budaya sambil menjawab tantangan zaman.
Di tangan Kharisma Aiu, aksara Jawa tidak hanya ditulis di buku pelajaran atau naskah kuno.
Ia dihidupkan kembali dalam bentuk tas, goodie bag, dan berbagai produk kerajinan yang bisa digunakan siapa saja.
Melalui konsistensinya, Kharisma mengajarkan kita bahwa pelestarian budaya tidak selalu harus dilakukan dengan cara besar dan megah.
Kadang, cukup dari benang dan kain, dari huruf-huruf kuno yang diberi tempat di kehidupan modern.
Maka dari itu, Jawa Banget bukan hanya usaha kreatif, tapi juga sebuah pergerakan kecil yang membanggakan.
(Cynthiap/Tribunshopping.com) (TribunTravel/nurulintaniar)
Artikel ini telah tayang di Tribunshopping.com dengan judul Jawa Banget: Karya Aksara Jawa dari Solo yang Menghidupkan Budaya dalam Kerajinan dengan Bahan Alami
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.