Breaking News:

Mata Lokal UMKM

Julia Craft Klaten: UMKM Kerajinan Tangan Handmade yang Tumbuh dari Hobi dan Cinta

Dari benang, bunga kering, hingga pecahan kaca, Julia Craft merajut karya handmade yang lahir dari hati di Klaten, Jawa Tengah

Dok. Cenderaloka
Tas selempang handmade dari Julia Craft Klaten dengan motif bunga cerah dan tali kulit sintetis yang stylish dan ringan dibawa 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi sebagian orang, hobi hanyalah kegiatan pengisi waktu. 

Namun bagi Julia Anggraini, hobi merajut yang ia gemari sejak kecil justru tumbuh menjadi jalan hidup yang penuh makna.

Baca juga: Itinerary Klaten 1 Hari dari Jogja, Wisata Alam & Nongkrong Seru Cuma Rp 195 Ribu

Cenderaloka
Julia Craft, Produk Kerajinan asal Klaten
Cenderaloka Julia Craft, Produk Kerajinan asal Klaten (Cenderaloka)

Baca juga: Itinerary Klaten 1 Hari dari Solo, Jelajahi 3 Wisata Seru & Kuliner Lokal Cuma Rp 130 Ribu

Dari tangannya, lahirlah berbagai karya handmade yang kini dikenal lewat nama Julia Craft, sebuah UMKM dari Klaten, Jawa Tengah, yang mengedepankan personalisasi, keberlanjutan, dan keindahan.

Sejak usia dini, Julia sudah akrab dengan benang dan jarum.

Baca juga: Itinerary Pendakian Gunung Kembang Keberangkatan Klaten, Siapkan Bujet Rp 280 Ribuan per Orang

Baca juga: Itinerary Wisata Kuliner Klaten 2 Hari 1 Malam, Wajib Coba Sarapan di Kedai Kopi Rukun

Ia suka merajut, menjahit, membuat dompet, dan berbagai kerajinan lain. 

Kecintaannya itu membawanya hingga membuka toko benang saat masih tinggal di Sumatera.

“Dulu waktu di Sumatera, orang-orang antusias banget sama rajutan. Nggak mikir dua kali soal harga, karena mereka tahu kualitasnya,” kata Julia mengenang.

Namun semua berubah saat ia dan keluarganya pindah ke Klaten pada 2021. 

Wilayah barunya belum terlalu terbiasa dengan produk rajut dan kerajinan handmade yang membutuhkan waktu pengerjaan panjang dan bahan premium.

Alih-alih menyerah, Julia justru melihatnya sebagai tantangan untuk berinovasi. 

2 dari 4 halaman

Ia mulai mengembangkan produk lain: dompet dari kain kanvas dan goni, serta hiasan dinding berbahan resin yang bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan.

“Saya buat sesuai keinginan pembeli. Ada yang minta bunga kering, pecahan kaca, batu alam. Semua bisa dikustom,” ungkap Julia.

Baca juga: Itinerary Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng dari Klaten, Siapkan Bujet Rp 265 Ribuan

Tas rajut berbahan goni dari Julia Craft Klaten cocok untuk gaya kasual sehari-hari, ringan dan eco-friendly.
Tas rajut berbahan goni dari Julia Craft Klaten cocok untuk gaya kasual sehari-hari, ringan dan eco-friendly. (Dok. Cenderaloka)

Yang membuat produk Julia berbeda adalah keterlibatan langsungnya dalam setiap proses. 

Untuk pecahan kaca, misalnya, ia memanfaatkan botol-botol bekas yang dipecah secara manual. 

Tak ada vendor, tak ada pabrik. 

Hanya tangan dan ketekunan.

Semangat ramah lingkungan ini bukan sekadar strategi bisnis, melainkan prinsip yang ia pegang teguh. 

“Kaca itu sulit didaur ulang, jadi saya manfaatkan. Biar nggak terbuang percuma,” tuturnya.

Namun, seperti banyak perajin lainnya, Julia dihadapkan pada realitas pasar: produk buatan tangan sering dibandingkan dengan barang massal. 

Di kawasan wisata seperti Prambanan, rajutan murah banyak dijual. 

3 dari 4 halaman

Bedanya, kualitasnya sangat jauh berbeda.

“Orang sering lihat harga dulu. Padahal benang murah itu kasar, gampang rusak. Tapi kalau kita edukasi pelan-pelan, lama-lama mereka ngerti,” ujarnya.

Maka dari itu, Julia tidak hanya berjualan—ia juga mendidik. 

Ia rajin menjelaskan tentang bahan, teknik, dan proses pembuatan produknya kepada pembeli, baik secara langsung maupun lewat media sosial. 

“Ada harga, ada kualitas. Dan yang handmade itu ada cerita di baliknya,” tambahnya.

Tas etnik segitiga unik karya Julia Craft Klaten memadukan kain tradisional dengan desain modern yang mudah dibawa ke mana saja.
Tas etnik segitiga unik karya Julia Craft Klaten memadukan kain tradisional dengan desain modern yang mudah dibawa ke mana saja. (Dok. Cenderaloka)

Untuk pemasaran, Julia aktif di berbagai kanal: WhatsApp, Instagram, Shopee, hingga platform lokal seperti Cenderaloka

Ia juga rutin mengikuti bazar dan workshop untuk memperluas jaringan dan memperkenalkan produknya ke lebih banyak orang.

“Kalau ada acara bazar, saya semangat. Bisa ketemu pelanggan langsung, bisa cerita. Dari situ biasanya lahir koneksi-koneksi baru,” katanya.

Yang menarik, Julia tak melihat sesama pelaku UMKM sebagai pesaing. 

Ia justru menjalin hubungan baik dan terbuka untuk belajar dari siapa pun. 

4 dari 4 halaman

Kolaborasi dan komunitas, baginya, adalah kunci pertumbuhan bersama.

Sejak kembali aktif penuh pada 2023, Julia Craft terus berkembang. 

Meski persaingan makin banyak, Julia yakin bahwa produk handmade punya tempat khusus di hati pembeli yang menghargai proses, bukan hanya hasil.

“Harapanku sederhana. Orang bisa lebih menghargai produk handmade. Karena bukan cuma soal bentuk, tapi juga tentang proses, niat, dan cinta yang kita tuangkan,” ujarnya menutup cerita.

Dari rumah kecilnya di Klaten, Julia merajut bukan hanya benang, tapi juga mimpi. 

Setiap karya yang ia hasilkan bukan sekadar barang jualan, melainkan ungkapan hati, ketekunan, dan keyakinan bahwa hal kecil pun bisa memberi dampak besar.

(Ambar/TribunTravel)(Cynthiap/Tribunshopping.com)

Selanjutnya
Tags:
Jawa TengahKlatenJulia CraftCenderalokaMataLokalUMKM
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved