Breaking News:

Mata Lokal Travel

Museum Sejarah Jakarta: Jejak Kolonial di Gedung Fatahillah dan Penjara Bawah Tanah Batavia

Telusuri jejak kolonial Belanda di Museum Sejarah Jakarta, dari ruang sidang era Batavia hingga penjara bawah tanah yang penuh kisah kelam.

Herusutimbul, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons
MUSEUM SEJARAH JAKARTA - Suasana di Musem Sejarah Jakarta, Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bangunan tua berwarna putih tulang yang berdiri gagah di kawasan Kota Tua ini seolah tak pernah kehilangan pesonanya. 

Dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Gedung Fatahillah, tempat ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Batavia—nama lama Jakarta—yang pernah dikuasai Belanda selama lebih dari tiga abad.

Baca juga: 5 Museum Terbaik di Kota Tua Jakarta yang Wajib Kamu Kunjungi dengan Harga Tiket Terbaru 2025

MUSEUM SEJARAH JAKARTA - Suasana ruang sidang Kota Batavia, Musem Sejarah Jakarta di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Minggu (8/6/2025).
MUSEUM SEJARAH JAKARTA - Suasana ruang sidang Kota Batavia, Musem Sejarah Jakarta di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Minggu (8/6/2025). (Wartakotalive/Nuri Yatul Hikmah)

Baca juga: Itinerary Padang 3 Hari 2 Malam: Healing Akhir Pekan dari Museum Adityawarman hingga Kota Tua Padang

Dulunya, bangunan ini merupakan Stadhuis atau Balai Kota Batavia, pusat pemerintahan Hindia Belanda. 

Kini, Museum Sejarah Jakarta menyimpan jejak masa lampau dalam bentuk ruang-ruang otentik, mebel kuno, hingga penjara bawah tanah yang pernah menjadi tempat terakhir bagi mereka yang dianggap bersalah oleh penjajah.

Baca juga: 4 Hotel Murah Dekat Kota Tua Jakarta, Tarif Mulai Rp 160 Ribuan per Malam

Baca juga: 5 Tempat Wisata di Kota Tua Jakarta Buat Liburan Akhir Pekan, Jangan Lupa ke Museum Fatahillah

Sidang Tiga Kali Seminggu, Nasib Terpidana Ditentukan di Lantai Dua

Jika naik ke lantai dua gedung ini, pengunjung akan disambut sebuah ruangan besar dengan meja panjang terbuat dari kayu jati. 

Tak banyak yang tahu, meja tersebut adalah saksi bisu tempat sidang dilakukan pada masa penjajahan.

Menurut Pramesti Ayutika, pemandu wisata di Museum Sejarah Jakarta, ruangan tersebut dahulu merupakan kantor dari dua lembaga penting pada masa itu: Raad van Justitie (Dewan Pengadilan) dan College van Schepenen (Dewan Kotapraja). 

Di tempat inilah Gubernur Jenderal dan para pejabat kolonial bersidang tiga kali dalam seminggu.

“Di sini, mereka memutuskan hukuman untuk para tahanan yang ada di penjara bawah tanah,” ujar Pramesti, saat ditemui Warta Kota, Minggu (8/6/2025).

2 dari 4 halaman

Tak Ada Demokrasi, Keputusan Bisa Dibatalkan Gubernur Jenderal

Menariknya, meskipun terdiri dari lima warga kota dan empat pejabat kompeni, keputusan Dewan Kotapraja kala itu tidak bersifat final. 

“Keputusan bisa dibatalkan oleh Gubernur Jenderal dan penasihatnya yang berkantor di Benteng Batavia,” lanjut Pramesti.

Kasus yang dibahas di ruang persidangan ini tidak hanya menyangkut keperdataan seperti perceraian dan izin berdagang, tetapi juga kasus kriminal dan politik. 

Bahkan, hukuman yang dijatuhkan pun sangat keras.

“Di sini, ada dua jenis hukuman: pancung dan penggal,” ungkap Pramesti.

Baca juga: Ada Jasa Baca Garis Tangan dan Tarot di Kota Tua, Jakarta Barat, Jakarta, Cek Tarifnya

Penjara Bawah Tanah yang Mencekam

Sebagian besar tahanan yang dipenjara di ruang bawah tanah tak sempat melihat matahari lagi. 

Bukan karena eksekusi, tapi karena kondisi penjara yang pengap dan sempit, ditambah dengan wabah penyakit seperti malaria.

“Banyak yang meninggal duluan sebelum dieksekusi,” ucap Pramesti.

3 dari 4 halaman

Namun, selain menjadi tempat persidangan dan penjara, area ini juga digunakan masyarakat untuk mengurus administrasi, seperti urusan pajak, pasar, hingga pengesahan pinjaman dan perjanjian bagi budak belian.

Arsitektur dan Koleksi yang Kaya Sejarah

Museum ini menyimpan ratusan koleksi benda bersejarah dari masa kerajaan Hindu-Buddha, masa kolonial, hingga era kemerdekaan. 

Sejumlah mebel tua, lukisan Gubernur Jenderal, dan miniatur Kota Batavia pun tertata rapi di berbagai ruang.

Sayangnya, tidak semua benda memiliki keterangan atau penjelasan yang lengkap. 

Hal ini membuat pengalaman pengunjung terkadang hanya sebatas visual tanpa informasi pendukung.

Meski begitu, suasana kolonial yang kental dan arsitektur khas Belanda tetap menjadi daya tarik utama. 

Bahkan lorong-lorong panjang dan tangga kayunya saja mampu membawa imajinasi ke masa lampau.

Tiket Masuk dan Jam Operasional Museum Sejarah Jakarta 

Museum Sejarah Jakarta berlokasi di Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, DKI Jakarta 11110.

4 dari 4 halaman

Jam bukanya Selasa–Minggu, pukul 09.00–15.00 WIB

(Hari Senin dan hari libur nasional tutup)

Harga tiket masuk Museum Sejarah Jakarta

Weekday (Selasa–Jumat):

- Dewasa: Rp 10.000

- Mahasiswa & Anak-anak: Rp 5.000

- Turis asing: Rp 50.000

Weekend (Sabtu–Minggu):

- Dewasa: Rp 15.000

- Mahasiswa & Anak-anak: Rp 5.000

- Turis asing: Rp 50.000

Museum Sejarah Jakarta menjadi tempat edukatif dan menarik untuk wisata keluarga. 

Tak hanya menyuguhkan benda-benda kuno, tempat ini juga menyimpan cerita kelam perjuangan dan ketidakadilan di masa kolonial. 

Anak-anak pun bisa belajar sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan.

Bagi kamu yang ingin memahami bagaimana kehidupan di masa Batavia, atau sekadar ingin merasakan suasana Jakarta tempo dulu, berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta bisa jadi pilihan yang tepat. 

Pastikan kamu datang lebih awal agar bisa menjelajah semua sudutnya tanpa terburu-buru.

(Ambar/TribunTravel) (Wartakotalive/Nuri Yatul Hikmah)

Selanjutnya
Sumber: Warta Kota
Tags:
JakartaJakarta BaratTaman SariPinangsiaMuseum Sejarah JakartaMataLokalTravel Sate Taichan
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved