TRIBUNTRAVEL.COM - Di antara deretan pertokoan batik di Jalan Panembahan Utara, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, berdiri sebuah rumah makan sederhana yang menawarkan lebih dari sekadar makanan.
Tempat ini bernama Kambas Table, sebuah destinasi kuliner khas Cirebon yang kini kembali menghidupkan warisan rasa melalui sajian langka bernama Brengkes.
Baca juga: Itinerary Wisata Religi di Cirebon, 1 Hari Kunjungi Makam Sunan Gunung Jati hingga Keraton Kasepuhan

Baca juga: Itinerary Cirebon 3 Hari 2 Malam dari Bandung, Bujet Rp 1 Juta Termasuk Hotel & Tiket Kereta Api PP
Berbeda dengan restoran modern yang mengandalkan dekorasi mewah, Kambas Table tampil bersahaja.
Dindingnya sederhana, namun atmosfernya hangat, bersatu dengan aroma ketan gurih yang menyambut sejak pagi hari.
Baca juga: Itinerary Cirebon 3 Hari 2 Malam Buat Liburan Akhir Tahun, Kunjungi Gua Sunyaragi & Kampung Sabin
Baca juga: Itinerary Cirebon 3 Hari 2 Malam dari Jakarta Bujet Rp 1 Jutaan, Bisa Jalan-jalan & Kulineran
Di balik dapur yang tak luas, seorang perempuan bernama Rere Barara, pemilik Kambas Table, bertekad menjaga warisan keluarga dengan menyuguhkan kembali Brengkes—makanan tradisional yang hampir terlupakan.
“Brengkes ini dulunya makanan favorit orang tua saya. Tapi sekarang banyak yang bahkan nggak tahu apa itu Brengkes,” tutur Rere saat ditemui pada Kamis (15/5/2025).
Brengkes merupakan masakan khas berbahan dasar daging sapi iris tipis, dipadukan dengan wortel, cabai merah, telur puyuh, santan, dan telur kocok yang dibungkus daun pisang, lalu dikukus selama kurang lebih 45 menit.
Proses memasaknya memang memerlukan kesabaran dan cinta. Dulu, hidangan ini bahkan dikukus hingga dua jam.
Sajian ini hadir bukan sekadar untuk memanjakan lidah, melainkan juga untuk membangkitkan memori akan rumah dan keluarga.
Sejak diluncurkan kembali seminggu lalu, Brengkes mendapatkan respon yang cukup positif.
Dalam sehari, Rere mengaku bisa menjual sekitar 10 hingga 20 porsi, baik untuk dine-in maupun takeaway.
Harga Brengkes di Kambas Table juga cukup terjangkau.
Untuk lauk saja dibanderol Rp 35.000, sementara paket lengkap dengan nasi dan kerupuk udang dijual Rp 40.000.
Dengan harga tersebut, pengunjung bisa menikmati makanan tradisional Cirebon yang langka dan penuh makna.
Baca juga: Pesona Bukit Cinta Anti Galau di Mundu, Cirebon, Jawa Barat, Tawarkan Banyak Spot Instagramable
Tak hanya Brengkes, Kambas Table yang berdiri sejak 2007 juga dikenal dengan menu andalan lain seperti ketan gurih ebi dan kelapa tajmpolay.
Buka setiap hari mulai pukul 05.30 hingga 17.00 WIB, tempat ini menjadi tujuan sarapan dan makan siang favorit warga sekitar.
Satu pengunjung, Saenah (36) dari Kecamatan Plered, mengaku datang karena penasaran setelah melihat unggahan Brengkes di media sosial.
“Baru kali ini nyoba Brengkes. Rasanya enak banget, dagingnya empuk, rempahnya terasa, dan lebih ringan dari empal gentong,” katanya sambil tersenyum puas.
Saenah juga terkesan karena makanan ini menyimpan cerita dan nilai sejarah.
“Ternyata Brengkes ini makanan jadul. Tapi justru itu yang bikin saya tertarik nyoba,” tambahnya.
Meskipun tempatnya sederhana, Kambas Table menawarkan sesuatu yang sulit ditemukan di tempat lain: rasa otentik dan kehangatan yang mengingatkan pada masakan ibu di rumah.
Dalam era serba cepat dan makanan instan, Rere Barara memilih jalur berbeda—menghidupkan kembali masakan lawas agar tetap hidup di tengah generasi baru.
“Harapan saya, Brengkes bisa jadi daya tarik kuliner baru di Cirebon. Nggak cuma buat wisatawan luar kota, tapi juga untuk masyarakat lokal yang ingin kembali merasakan masakan rumah,” ucap Rere.
Kambas Table di Jalan Panembahan Utara, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, bukan hanya sekadar rumah makan.
Ia adalah penjaga rasa, pengingat bahwa makanan bukan hanya tentang kenyang, tapi juga tentang cerita, tradisi, dan cinta yang diwariskan turun-temurun.
(Tribuncirebon/ Eki Yulianto) (Ambar/TribunTravel)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.