TRIBUN TRAVEL - Di balik hiruk pikuk Kota Tangerang Selatan, tersembunyi sebuah oase hijau yang menenangkan, Kampung Ekowisata Keranggan. Terletak di Jalan Lingkar Selatan, Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten kawasan ini menyuguhkan suasana asri dan ramah lingkungan yang menyegarkan mata dan pikiran.
Siapa sangka, destinasi wisata yang kini begitu menawan ini dulunya merupakan kawasan kumuh, tempat pembuangan sampah. Namun, berkat semangat gotong royong masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait, kawasan kumuh itu berhasil disulap menjadi Kampung Ekowisata Keranggan —- sebuah destinasi yang tak hanya asri, tetapi juga berhasil masuk dalam daftar 75 penerima Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2023.
Menukil dari pemberitaan Kompas, Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Kampung Ekowisata Keranggan, Baysith, menjelaskan bahwa sebelum menjadi destinasi wisata, area kumuh itu dirapikan untuk didirikan menjadi koperasi warga pada tahun 2015. Tiga tahun kemudian, barulah dibangun menjadi kawasan ekowisata.
Menurut penuturan Baysith, tujuan utama dibangunnya Kampung Ekowisata ini adalah untuk mendorong perkembangan kawasan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Pembangunannya pun dilakukan secara gotong royong, dengan dana swadaya dari masyarakat sekitar.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Kampung Bambu 2025 di Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
Hasilnya, lahirlah Kampung Ekowisata Keranggan sebagai destinasi wisata cantik yang mengusung konsep ramah lingkungan. Keasrian kawasan ini semakin terasa karena Keranggan dilintasi aliran Sungai Cisadane, yang menghadirkan udara segar dan pemandangan alami yang menyejukkan.
Pintar Memanfaatkan Limbah
Tak hanya menawarkan kawasan yang asri, masyarakat Kampung Ekowisata Keranggan juga piawai mengolah limbah menjadi karya yang bernilai. Mayoritas warga yang bekerja di sektor industri rumahan memanfaatkan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan tangan yang menarik dan bernilai jual.
Mengutip dari Ekuatorial, sebagian lainnya juga mengolah bahan-bahan organik yang dapat didaur ulang, seperti bambu dan pelepah pisang, menjadi anyaman dan kerajinan lainnya. Untuk menjaga lingkungan tetap bersih, warga juga membudidayakan magot—larva yang efektif membantu mengurai sampah organik.
Tak berhenti di situ, warga Keranggan juga mengolah hasil kebun seperti singkong dan pisang menjadi beragam panganan lokal yang dipasarkan sebagai produk unggulan. Para pengurus kampung turut aktif mendukung geliat ekonomi ini, mulai dari membantu pemasaran hingga mengurus legalitas usaha para pelaku UMKM.
Teknologi Ramah Lingkungan
Kampung Ekowisata Keranggan juga turut menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam sistem infrastrukturnya, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan air bersih.
Bekerja sama dengan mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI), warga memanfaatkan sistem solar water pumping, yakni teknologi pompa air yang digerakkan oleh energi matahari. Sistem ini mengandalkan panel surya untuk mengonversi cahaya matahari menjadi listrik, yang kemudian digunakan untuk mengoperasikan pompa air guna memenuhi kebutuhan harian masyarakat.
Selain itu, kampung ini juga mendapatkan dukungan instalasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari Universitas Pamulang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Panel-panel surya yang dipasang difungsikan sebagai sumber energi alternatif untuk menerangi fasilitas umum seperti jalanan di area wisata, sehingga mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional dan mendukung efisiensi energi secara berkelanjutan.
Aktivitas Seru di Kampung Ekowisata Keranggan
Kampung Ekowisata Keranggan menawarkan berbagai aktivitas seru untuk para pengunjung. Untuk menikmati berbagai aktivitas seru di Kampung Ekowisata Keranggan, pengunjung akan dikenakan tarif tambahan sesuai jenis kegiatan yang dipilih.
Ada banyak pilihan aktivitas yang bisa dinikmati, mulai dari memanah, berkemah, menjajal arung jeram, bertualang lewat jungle track, hingga berfoto di spot-spot instagramable atau bersantai di tepi Sungai Cisadane. Pengunjung juga dapat membuat kerajinan tangan, menginap di homestay, serta mengikuti berbagai pelatihan edukatif.
Salah satu daya tarik utamanya adalah program pelatihan kerajinan tangan yang terbuka bagi siapa saja, dengan biaya mulai dari Rp15.000 per orang. Tak hanya itu, tersedia pula pelatihan tari tradisional yang menjadi bagian dari upaya kampung ini dalam melestarikan budaya bangsa.
Baca juga: Mengenal Kampung Wisata Oase Ondomohen: Perubahan Kampung Kumuh Jadi Destinasi Ramah Lingkungan
Raih Penghargaan
Usaha tidak akan menghianati hasil. Berkat jerih payah dan semangat gotong royong masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait, Kampung Ekowisata Keranggan berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Di mana, masuk dalam daftar 75 Desa Wisata Terbaik versi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Mengutip dari laman resmi Kemenparekraf, Sandiaga Uno—saat masih menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif—mengaku tak menyangka bahwa di tengah pesatnya pembangunan Kota Tangerang Selatan, Banten, masih ada desa wisata yang asri dan lestari seperti Kampung Ekowisata Keranggan. Menurutnya, destinasi ini berhasil menghadirkan harmoni antara kelestarian alam dan kekayaan budaya di tengah kawasan urban.
“Desa wisata ini menghadirkan kearifan lokal dari masyarakat setempat, di tengah-tengah kota kita masih bisa temui suasana asri serasa di tengah-tengah pedesaan. Ini bisa jadi inspirasi untuk kita kembangkan. Mudah-mudahan ini bukan hanya sekadar membangun desa tapi juga desa wisata membangun Indonesia,” ujarnya.
Kampung Ekowisata Kerangga bisa diakses secara gratis apabila datang sendiri. Namun, akan dikenakan tarif biaya masuk Rp10.000 jika datang rombongan dengan minimal lima orang. Destinasi ini cocok banget buat Tribunners yang ingin berwisata alam bersama keluarga!
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews.com sebagai konten Lokal Asri dengan judul "Wisata Alam di Tengah Tangsel, Kampung Ekowisata Keranggan Hadirkan Nuansa Asri"
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.