TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara soal oleh-oleh dari Jogja, bukan hanya bakpia saja yang bisa dibeli.
Masih ada buah tangan lain dari Jogja, seperti Cokelat Monggo yang bisa kamu temui di Jalan Tirtodipuran St No.10, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.
Baca juga: Pinnacle Strudel Oleh-oleh Khas Jogja yang Kekinian, Dibuat Homemade Tanpa Bahan Pengawet
Cokelat Monggo merupakan oleh-oleh kekinian yang bisa kamu bawa pulang setelah liburan dari Jogja.
Hadirnya Cokelat Monggo ini sontak menjadi favorit wisatawan karena rasanya digadang-gadang mirip seperti cokelat Belgia.
Bahkan, sang pemilik Cokelat Monggo, Thierry Detournay pun menyebutkan bahwa ciri khas dari cokelat tersebut ada di rasanya yang berbeda dari cokelat lainnya.

Baca juga: Curug Mbah Gimo di Desa Sukadamai, Air Hitam, Lampung Barat, Lampung untuk Liburan Akhir Pekan
Cokelat Monggo hadir dengan varian rasa yang ngangenin di lidah.
Tapi sebelum mengenal varian Cokelat Monggo, ketahui dulu yuk seputar sejarah Cokelat Monggo!
Thierry Detournay mengatakan bahwa dirinya telah tinggal di Jogja sejak 2001 silam.
Baca juga: Kunjungi Kolam Renang Atas Awan, Tempat Wisata Unik di Desa Jembul, Jatirejo, Mojokerto, Jatim
"Di 2001 saya mulai tinggal di Yogyakarta dan tidak ketemu cokelat seperti di Belgia. Yang saya temui adalah cokelat yang mungkin supaya murah, maka dieliminasi bahan-bahan yang penting, saya enggak suka," katanya.
"Jadi saya coba buat untuk diri sendiri dan teman. Teman saya yang mengatakan harus jualan. Jadi awalnya sama sekali enggak ada ide untuk bisnis. Latar belakang saya orang sosial, bukan orang bisnis."

Baca juga: Melihat Wajah Baru Museum Surabaya di Kecamatan Genteng, Surabaya, Jatim setelah Revitalisasi
Apa benar awalnya pernah berjualan menggunakan vespa di Sunday Morning UGM?
"Ya benar, di 2001 sampai 2002 jualan dengan vespa pink di Sunmor (Sunday Morning UGM) selama beberapa bulan."
"Di sana cocok untuk jualan karena pagi sekali, jam 05.00-07.00 WIB mataharinya masih rendah."
"Dari sana saya belajar banyak karakter konsumen Indonesia kalau ingin membeli sesuatu. Saya juga banyak bagi-bagi karena ingin tahu orang suka atau enggak," tambahnya.
"Kemudian, sebagai orang luar harus bikin bisnis yang lebih serius. Cokelat Monggo lahir 2005 di Yogyakarta, dari saya dan beberapa teman yang mau bikin usaha cokelat. Awalnya CV lalu jadi PT dan saya menjadi pemilik resmi.'
Baca juga: Liburan Akhir Pekan ke Pantai Wonogoro di Desa Tumpakrejo, Gedangan, Malang, Jawa Timur
Mengapa nama "Monggo" yang dipilih?
"Kami berpikir apa sih kata-kata yang selalu orang ingat kalau ke Yogya. Dari beberapa kata, akhirnya "monggo" yang dipilih, itu sangat representatif dari orang Yogya."
Monggo sangat terpengaruh dari bahasa Jawa, itu juga kan sesuatu yang sangat ramah.
"Kita sebagai produsen, kecil maupun besar, harus ramah. Ramah pada lingkungan, masyarakat, diri sendiri juga. Jadi filosofi utamanya ramah, tidak sombong."

Bagaimana perkembangan Cokelat Monggo setelah itu?
"Untuk menghasilkan uang itu lama sekali, butuh waktu 8 tahun dari 2001. Di 2009 baru Monggo terkenal. Oleh orang Jakarta, saya dikenal sebagai bule gila yang bikin cokelat di Yogya. Mereka jadikan itu cerita, lalu banyak media yang meliput. Itu sangat membantu sih."
"Pabrik pertama Monggo di rumah kecil di sebuah kampung dekat Jalan Parangtritis. Setelah gempa, pindah ke Kotagede. Lalu sejak 2017, kami bangun pabrik dan museum cokelat di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul."
Apa ciri khas Cokelat Monggo dibanding cokelat lain?
"Ciri khasnya di kualitas. Dari awal enggak pengin ikut-ikutan yang ada, saya pengin bikin sesuatu yang spesial. Tapi enggak pengin jualan hanya ke orang kaya, jadi harganya juga dibuat terjangkau."
"Bedanya dengan cokelat murahan, di dalam real cokelat ada yang namanya kokoa butter, itu minyak dari biji kakaonya sendiri. Itu di kami harus ada karena itu penting untuk rasa dan tekstur. Kalau di cokelat murah itu dieliminasi dan diganti dengan lemak murah dan gulanya banyak, sehingga bahan kakaonya sedikit."
Bagaimana perkembangan produk Cokelat Monggo dari awal hingga saat ini?
"Awalnya produk kami bikin satu dark cokelat, yang tidak terlalu pahit dan cukup creamy, supaya bisa diterima lidah orang sini. Kami bikin khas Belgia, praline, bentuknya cokelat batangan."
"Sekarang variasinya banyak sekali, ada berbagai jenis dark cokelat sampai 100 persen dark cokelat ada. Ada dark cokelat dengan mangga, pala, juga dengan bumbu seperti cabe, rendang. Sekarang ada sekitar 50-an jenis dan rasa kalau termasuk praline."
"Kalau untuk event, kami ciptakan juga produk khusus event, seperti sekarang ada produk ramadan dan lebaran, yaitu kurma praline. Kami juga kembangkan biskuit, cookies, juga gelato. Akan datang yang baru terus, kami enggak berhenti ciptakan itu."
Ke mana saja distribusi produk Cokelat Monggo saat ini? Apakah akan ekspor?
"Jualan produk kami fokusnya di Indonesia. Karena dari awal misi saya memberikan pengalaman cokelat yang benar ke orang Indonesia. Saat ini Monggo sudah ada di semua Jawa dan Bali. Daerah-daerah lain juga bisa pesan online meski kami tidak hadir di sana."
Sejauh mana Cokelat Monggo memberdayakan masyarakat lokal?
"Sebisa mungkin saya ambil orang daerah. Selain itu, lebih banyak pilih perempuan, yang tidak semudah laki-laki dalam mendapat pekerjaan. Sekitar 70 persen perempuan, mereka tidak hanya di posisi rendah, tetapi di posisi tinggi juga perempuan."
"Kami juga kerja sama dengan supplier lokal. Kalau bisa hindari impor kami hindari, sebisa mungkin kerja sama dengan supplier lokal, juga petani Jogja."
"Sebab value utama Monggo adalah care, peduli. Peduli pada alam juga, sebisa mungkin enggak pakai plastik. Itu kontribusi kami untuk dunia yang lebih baik."
Sejak 2017, dibangun Museum Cokelat Monggo di Bangunjiwo, apa saja aktivitas yang bisa dilakukan di sana?
"Di museum kami ingin berikan pengalaman edukatif tentang makanan, terutama tentang cokelat. Pengunjung bisa belajar sejarah cokelat, seperti apa di kebun, proses produksinya."
"Kemudian digabungkan dengan kegiatan lebih menarik, mereka bisa membuat cokelat sendiri. Baik anak-anak maupun orang dewasa. Juga bisa melihat proses produksi cokelat di belakang."
"Awal tahun depan kami ingin kembangkan pabrik yang ada di museum, sehingga pengunjung bisa melihat proses pembuatan Cokelat Monggo dari awal hingga dikemas."
Tonton juga:
Rekomendasi tempat sewa motor di Jogja
Untuk wisatawan yang datang dari luar kota tanpa membawa kendaraan, bisa rental di tempat sewa motor di Jogja.
Dengan rental kendaraan ini, kamu bisa lebih praktis untuk menjelajah tempat wisata di Jogja.
Cek yuk rekomendasinya:
1. 99 Rental
99 Rental menawarkan fasilitas antar jemput gratis dengan minimal sewa selama 2 hari.
Selain layanan antar jemput, terdapat pula fasilitas 2 helm dan 2 jas hujan untuk kenyamanan berkendara.
Tersedia beragam unit terbaru yang bisa disewa, pastinya dalam kondisi bersih dan terawat.
Pengiriman ke lokasi juga selalu on time sesuai kesepakatan.
Tarif sewanya cukup terjangkau, yakni mulai Rp 70.000 saja per hari.
Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi 082136170205.
Lokasi: Jalan Lempuyangan Nomor 8, Danurejan, Jogja.
2. ONES Rental Motor
ONES Rental Motor menyediakan layanan sewa motor terbaru dengan berbagai macam varian.
Tarif sewa motor di tempat ini dibanderol mulai Rp 75.000 per hari.
Setiap motor yang disewakan sudah termasuk 2 helm, jas hujan dan peta kota Jogja.
ONES Rental Motor juga menyediakan layanan antar jemput gratis di sejumlah lokasi.
Mulai dari Stasiun Lempunyangan, Tugu Jogja, Bandara Adi Sucipto, Malioboro, Terminal Giwangan, sektiaran UGM dan masih banyak lagi.
Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi 082335505758.
Lokasi: Jalan Lempuyangan Nomor 25, Bausasran, Danurejan, Jogja.
3. ZigZag
ZigZag juga bisa menjadi pilihan jika berencana menyewa motor di Jogja.
Persewaan ini memberikan layanan antar jemput gratis, sehingga pelanggan tak perlu ribet datang ke lokasi.
Dengan tarif mulai Rp 60.000 per hari, tersedia sejumlah fasilitas yang dapat dinikmati.
Seperti halnya 2 helm SNI dan 2 jas hujan supaya pengalaman berkendara semakin nyaman.
Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi 081351198952.
Lokasi: Jalan Lempuyangan, PJKA5, Danurejan, Jogja.
4. Garasi Jogja
Garasi Jogja memberikan fasilitas antar jemput gratis di stasiun dan hotel.
Layanan tersebut tentu cocok buat wisatawan yang tiba di Jogja dengan kereta api.
Fasilitas lain yang didapatkan yakni 2 helm, 2 jas huja dan masker.
Menariknya, ada cukup banyak pilihan motor yang bisa disewa dengan tarif mulai Rp 70.000 per hari.
Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi 081351198952.
Lokasi: Jalan Singojayan Nomor 31, Pakuncen, Wirobrajan, Jogja.
(Tribunjogja.com/Maruti Asmaul Husna) (TribunTravel/nurulintaniar/yurokha)
Kumpulan artikel oleh-oleh
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Asal Usul Cokelat Monggo Jadi Oleh-oleh Khas Yogyakarta, Bermula dari Sunday Morning UGM
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.