Breaking News:

Cuma Garuk-garuk Kepala saat Mengemudi Didenda Rp 6,2 Juta, Kok Bisa?

Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi.

Unsplash/why kei
Ilustrasi seorang pria mengendarai mobil. Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi.

Hanya saja, dia mengaku hanya menggaruk-garuk kepala dan sistem kamera melakukan sebuah kesalahan.

a
Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi. (Dok. Monocam)

Pada November tahun 2023 lalu, Tim Hansen menerima denda karena diduga menemlepon saat mengemudi sebulan sebelumnya.

Dia terkejut, terutama karena Hansen tidak ingat menggunakan ponselnya saat mengemudi pada hari itu.

Baca juga: Viral Pasangan India Menikah di Menara Eiffel, Kenakan Baju Tradisional hingga Menggigil Kedinginan

Jadi Hansen memutuskan untuk memeriksa foto yang memberatkan tersebut di Badan Pengumpulan Peradilan Pusat, mengutip Oddity Central, Jumat (16/2/2024).

Pada pandangan pertama, tampaknya Hansen memang sedang berbicara di teleponnya.

Tetapi jika dilihat lebih dekat, terlihat bahwa dia sebenarnya tidak memegang apa pun di tangannya.

Dia hanya menggaruk bagian samping kepalanya dan kamera salah mengira posisi tangannya sedang memegang telepon.

Yang lebih membingungkan lagi adalah orang yang memeriksa foto tersebut dan memvalidasi dendanya juga tidak menemukan "false positives".

Baca juga: Viral Anggota Yakuza yang Menjual Soda Ditangkap Gegara Memeras Uang dari Ninja

Hansen, yang kebetulan bekerja di bidang IT, membuat algoritma yang mengedit dan menganalisis gambar.

2 dari 4 halaman

Ia menggunakan pengalaman pribadinya untuk menjelaskan cara kerja sistem kamera polisi, Monocam, dan mengapa bisa membuat kesalahan.

Meskipun dia tidak bisa menguji Monocam sendiri, Hansen menjelaskan bagaimana sistem itu dirancang untuk bekerja dan mengapa sistem dapat menghasilkan false positives.

"Jika suatu model harus memprediksi apakah sesuatu itu 'ya' atau 'tidak', tentu saja bisa saja model tersebut salah," tulis Hansen.

Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi.
Seorang pria Belanda didenda Rp 6,2 juta setelah kamera bertenaga AI menangkap dirinya berbicara di telepon saat mengemudi. (Dok. Tim Hansen)

"Dalam kasus denda saya, modelnya menunjukkan bahwa saya sedang memegang telepon, padahal tidak demikian. Kemudian kita berbicara tentang false positives. Model yang sempurna hanya memprediksi hal positif dan negatif yang sebenarnya, tetapi prediksi yang 100 persen benar jarang terjadi," imbuhnya.

Spesialis IT menjelaskan bahwa sistem seperti Monocam harus dilatih pada sekumpulan besar gambar yang dibagi menjadi dua atau tiga kelompok.

Di antaranya set pelatihan, set validasi, dan set pengujian.

Baca juga: Viral Sosok Wanita Tak Dikenal Muncul di Foto Tahunan SMA Tasikmalaya, Bikin Siswi Merinding

Set pertama digunakan untuk mengajarkan algoritme objek mana yang ada pada gambar apa dan properti mana (warna, garis, dll.) yang dimilikinya.

Set kedua untuk mengoptimalkan sejumlah hyper-parameter algoritme.

Sementara set ketiga untuk menguji seberapa baik sistem sebenarnya bekerja.

"Algoritme yang kami gunakan, dan algoritma polisi, mungkin mencurigai adanya telepon karena kumpulan data pelatihan berisi banyak contoh orang yang menelepon dengan telepon di tangan di dekat telinga," kata Hansen.

Ilustrasi berkendara.
Ilustrasi berkendara. (Flickr/ freestocks.org)

Baca juga: Viral Wanita Asal Pekalongan Namanya Cuma 1 Huruf, Petugas KPPS Dibuat Bingung

3 dari 4 halaman

"Mungkin saja kumpulan data pelatihan berisi sedikit atau tidak ada foto orang yang duduk dengan tangan kosong di telinga. Dalam hal ini, bagi algoritme, apakah ponsel benar-benar dipegang di tangan menjadi kurang penting, namun cukup jika tangan dekat dengan telinga. Untuk meningkatkannya, lebih banyak foto harus ditambahkan di tempat yang tangan kosong," paparnya.

Hansen mengklaim bahwa karena banyaknya variabel yang dapat mempengaruhi keputusan suatu algoritma, diperlukan filter manusia untuk meminimalkan jumlah false positives.

Hanya dalam kasusnya, denda tersebut dikonfirmasi oleh manusia setelah menganalisis foto yang diambil oleh kamera.

Jadi itu juga bukan solusi yang sangat mudah.

Pria asal Belanda itu telah menentang denda tersebut dan mengharapkan hasil positif.

Namun kini ia harus menunggu hingga 26 minggu untuk mendapatkan keputusan resmi.

Kasusnya menjadi viral di Belanda dan negara-negara tetangga seperti Belgia.

Beberapa institusi meminta pemasangan kamera yang mampu mendeteksi penggunaan ponsel saat mengemudi.

Akan tetapi cerita Hansesn membuktikan bahwa kamera tersebut jauh dari 100?pat diandalkan.

Baca juga: Viral Geng Bule Naik Motor Tanpa Helm di Bali, Pelaku Diburu & Bakal Kena Sanksi Tilang

(TribunTravel.com/mym)

4 dari 4 halaman

Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
viralBelandaBerkendara Beskap Cromboloni Dhawank Delvi
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved